EKBIS.CO, JAKARTA -- Beberapa bank mulai memberi sinyal kemungkinan melonggarkan uang muka atau Down Payment (DP) Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Hal itu seiring rencana pelonggaran Loan To Value (LTV) oleh Bank Indonesia (BI).
Menanggapi hal itu, Real Estate Indonesia (REI) mengatakan, pemberlakuan DP murah bisa berdampak positif bagi pertumbuhan properti terutama untuk penjualan rumah nonsubsidi. "Kalau rumah nonsubsidi bergerak, sektor properti bisa jadi penopang di satu negara selain ada faktor lainnya," ujar Sekretaris Jenderal REI Toto Lusida kepada Republika.co.id, Ahad, (22/7).
Selama ini, kata dia, peningkatan penjualan hanya terjadi pada rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) atau rumah subsidi. Sementara pertumbuhan rumah nonsubsidi stagnan.
"Maka kita bersama harus lakukan peningkatan properti nonsubsidi. Salah satunya relaksasi DP perbankan dan rasio LTV," kata Toto.
Ia menjelaskan, selama ini masyarakat yang ingin membeli rumah pertama, terganjal oleh besarnya DP. Maka diharapkan DP rendah bisa menyasar pasar yang lebih luas dan berpotensi besar.
"Kalau kita lihat, sekarang target market paling besar ada di kaum milenial atau anak muda yang profesional, enerjik, penghasilannya bankable tapi disuruh bayar DP belum mau atau belum mampu," tutur Toto.
Menurutnya, belum mau, berarti masih memikirkan hal lain. Sedangkan belum mampu berarti sudah mengikuti tren tapi tidak mampu membayar DP.
Pasar besar kedua, kata dia, yakni masyarakat yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Polisi. Keduanya memiliki penghasilan jelas dan sangat bankable namun kemampuannya untuk membayar DP terbatas.
"Maka dengan pelonggaran LTV yang memungkinkan bank memberlakukan DP murah untuk rumah nonsubsidi bisa menggarap pasar-pasar tersebut. Segmen begitu kan potensinya cukup tinggi," kata Toto.