EKBIS.CO, PURWAKARTA -- Harga telur ayam di Kabupaten Purwakarta berangsur turun. Saat ini, harga komoditas tersebut antara Rp 26 ribu sampai Rp 28 ribu.
Sebelumnya, telur ayam di jual di pasaran sampai Rp 30 ribu per kilogram. Meski demikian, instansi terkait di wilayah itu belum menyiapkan untuk operasi pasar, guna menyetabilkan harga telur.
Kabid Perdagangan Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta, Wita Gusrianita, mengatakan, awal pekan ini harga telur berangsur turun. Meskipun, penurunannya masih tipis.
"Harga di pasar tradisional maupun pasar modern antara Rp 26 ribu sampai Rp 28 ribu per kilogram. Ada penurunan harga," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (22/7).
Meskipun sudah turun, harga saat ini cenderung masih cukup tinggi. Sebab, kata Wita, normalnya harga telur itu di kisaran Rp 20 ribu -24 ribu per kilogram. Oleh karena itu, dia menilai perlu ada solusi untuk menyetabilkan harga komoditas tersebut. Salah satu solusinya adalah dengan operasi pasar.
Akan tetapi, operasi pasar harus dilakukan lintas sektoral. Sementara sampai saat ini, belum ada koordinasi dengan instansi lainnya terkait dengan operasi pasar. Meski demikian, kata Wita, pasokan telur untuk wilayah Purwakarta masih cukup normal.
"Pasokannya tidak ada masalah. Cuma soal harganya saja yang jadi masalah," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, Sri Wuryasturati, mengatakan, sampai saat ini kebutuhan telur untuk Purwakarta dipasok dari daerah lain salah satunya, Jawa Timur. Di wilayah yang terkenal dengan satai marangginya itu peternak yang membudidayakam ayam petelur sangat sedikit.
"Kita punya beberapa perusahaan besar peternakan ayam. Tapi, hanya memroduksi DOC ayam petelur," ujar Sri.
Jadi, DOC yang merupakan anak ayam dengan usia baru sehari itu dijual lagi ke daerah lain. Dengan begitu, tidak ada peternakan ayam yang menghasilkan telur langsung di Purwakarta. Sehingga, kebutuhan telur sangat ketergantungan pada daerah lain.
Terkait dengan fenomena kenaikan harga telur, Sri menyebutkan salah satu faktor penyebabnya yaitu akibat naiknya harga pakan. Ia menyangsikan kenaikan harga telur karena adanya penimbunan. Sebab, menimbun telur itu sangat riskan dan risikonya sangat besar. "Telur mudah busuk. Jadi, sepertinya kenaikan harga ini bukan karena penimbunan. Tapi, lebih disebabkan naiknya harga pakan," ujarnya.