EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga Analis Energi Internasional, Wood Mackenzie memprediksi Chevron akan hengkang dari Indonesia. Prediksi ini seiring dengan keputusan pemerintah yang memberikan operasional Blok Rokan yang selama ini dikelola oleh Chevron.
Analis Wood Mackenzie, Johan Utama menjelaskan mundurnya Chevron dari Indonesia dikarenakan Chevron tak lagi mendapatkan Blok Rokan. Padahal, menurutnya, disatu sisi Chevron membutuhkan pembiayaan untuk bisa menyelesaikan proyek IDD yang sedang diselesiakan oleh Chevron.
Sementara pemerintah, kata Johan, tidak memberikan kepastian investasi di Blok Ganal dan Blok Rapak yang menjadi ladang IDD. "Biaya pengembangan IDD cukup besar. Disatu sisi ketidakpastian keputusan terkait Blok Ganal dan Rapak. Jadi, Chevron punya alasan yang cukup untuk keluar dari Indonesia," ujar Johan di Jakarta, Rabu (1/8).
Baca juga, Chevron Kecewa dengan Keputusan Pemerintah Indonesia
Lebih lajut Johan menuturkan, Pertamina membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit untuk bisa melakukan pembangunan di Blok Rokan. Apalagi, Pertamina juga ditargetkan untuk menjaga produksi, bahkan untuk bisa meningkatkan produksi.
"Pertamina bisa saja menawarkan kepada Chevron. Tetapi, apakah Pertamina ingin berbagi saham dan tetap mengoperasikan Blok Rokan dengan kondisi Pertamina menjadi mayoritas," ujar Johan.
Berkaca pada kasus Blok Mahakam, kata Johan, pascaberalih operator dari Total ke Pertamina, produksi ladang migas tersebut menurun hingga 20 persen. Selain itu investor Blok Mahakan sebelumnya, Total dan Inpex, enggan bergabung dengan Pertamina untuk mengelola Blok Mahakam.