EKBIS.CO, JAKARTA – PT Zahir Internasional kini juga menekuni financial technology (fintech). Perusahaan nasional yang selama ini menjadi market leader industri software akuntansi itu hadir dengan solusi yang dinamakan Zahir Capital Hub.
“Zahir Capital Hub adalah fintech syariah yang siap membantu perusahaan mendapatkan akses permodalan dan pembiayaan hingga ratusan miliar rupiah dengan mudah,” kata Chief Executive Officer (CEO) PT Zahir Internasional, Muhamad Ismail dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (28/8).
Muhamad menambahkan, salah satu kendala yang dihadapi sebuah perusahaan adalah permodalan dan pembiayaan. “Hal itu tidak hanya dialami oleh perusahaan mikro, kecil dan menengah, tapi juga perusahaan besar,” ujarnya.
Sering terjadi, kata Muhamad, sebuah perusahaan tidak mampu memenuhi order dalam jumlah besar karena terkendala masalah modal untuk memproduksi barang yang dipesan tersebut.
Muhamad mengatakan, Zahir Capital Hub menawarkan layanan yang pintar dan mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan investasi permodalan dari mitra syariah yang kredibel dan terpercaya. “Zahir siap membantu menghubungkan bisnis dengan fintech syariah seperti, Ethis, Asy-Syirkah, Kapital Boost, dan Alami,” ujarnya.
Muhamad menyebutkan, ada beberapa keuntungan menggunakan layanan Zahir Capital Hub. Pertama, konsep permodalan syariah. “Konsep permodalan Zahir penghubungkan perusahaan dengan fintech syariah yang bebas dari riba,” tuturnya.
Kedua, terhubung luas ke jaringan investor. “Zahir akan mengajukan permintaan permodalan ke jaringan investor sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan,” kata Muhamad.
Ketiga, jaminan kerahasiaan data informasi. “Zahir menjamin keamanan dan kerahasiaan data perusahaan yang mengajukan permintaan permodalan tersebut,” paparnya.
Keempat, plafon disesuaikan dengan kebutuhan. “Plafon permodalan hingga ratusan miliar,” ujarnya.
Saat ini, kata Muhamad, Zahir Capital Hub sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah fintech syariah seperti, Ethis, Asy-Syirkah, Kapital Boost, dan Alami. “Namun kami juga siap menghubungkan perusahaan yang membutuhkan permodalan/pembiayaan secara syariah dengan fintech syariah lainnya,” kata Muhamad.
Untuk sementara, kata Muhamad, Zahir Capital Hub hanya melayani perusahaan yang beroperasi di Indonesia. “Perusahaan yang tertarik menggunakan layanan Zahir Capital Hub bisa membuka link terkait https://zahiraccounting.com/id/capital-hub,” tuturnya.
Berdasarkan data dari Asosiasi Fintech Indonesia tahun 2018, saat ini terdapat 235 perusahaan fintech di mana 26 di antaranya bergerak di bidang market aggregator. Alami merupakan perusahaan fintech/ teknologi finansial (tekfin) aggregator syariah pertama di Indonesia.
Awal Juli lalu, Alami melakukan kemitraan dengan 13 bank umum syariah (BUS) untuk menyalurkan dananya. “Saat ini kita memiliki setidaknya 13 BUS yang siap menyalurkan dana kepada umat. Melalui positioning kami sebagai perusahaan tekfin aggregator syariah, Alami memiliki keunggulan untuk mempertemukan layanan perbankan tadi ke calon-calon nasabah yang ingin memperbesar skala usaha namun tetap dalam koridor syariah,” tutur CEO dan Founder Alami, Dima Djani.
Ketua Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Ronald Yusuf Wijaya mengatakan potensi pasar fintech syariah di Indonesia sangat pesat. “Bahkan, potensi fintech syariah terbesar di dunia sebetulnya ada di Indonesia, melebihi Malaysia dan Dubai yang selama ini aktif berusaha untuk menjadi hub atau pusat ekonomi syariah dunia, termasuk di dalamnya fintech syariah,” ujarnya, Senin (27/8/2018).
Ronald mengemukakan, selama ini banyak usaha mikro kecil menengah (UMKM) terkendala permodalan. “Fintech syariah bisa membantu para pengusaha UMKM itu agar mendapatkan permodalan atau pembiayaan sesuai dengan koridor syariah,” tuturnya.
Tak hanya itu, kehadiran fintech syariah mendorong para UMKM agar bisnis mereka maju dan berkembang, sehingga menembus pasar ekspor. “Kita harus mengubah mind set, selama ini Indonesia menjadi pasar atau konsumen. Dengan kehadiran fintech yang mendorong para pelaku usaha untuk menembus pasar ekspor, maka Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tapi juga produsen,” papar Ronald Yusuf Wijaya. n