EKBIS.CO, KUTA -- Bank Indonesia menyebutkan kebijakan menggunakan 20 persen biodiesel untuk bahan bakar solar akan menurunkan volume impor minyak. Diperkirakan ini bisa menghemat nilai impor hingga sekitar 6 miliar dolar AS per tahun, sehingga dapat menekan defisit transaksi berjalan.
"Mulai 1 September ini akan diberlakukan sehingga penggunaan biodiesel semakin banyak dan karenanya bisa menurunkan impor minyak," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di sela-sela konferensi internasional terkait buletin ekonomi moneter dan perbankan di Kuta, Bali, Kamis (30/8).
Perry melakukan kalkulasi apabila diberlakukan mulai September hingga Desember tahun ini, diperkirkan dapat menurunkan impor minyak sekitar 2,2 miliar dolar AS selama empat bulan. Dengan demikian, tahun mendatang, kata dia, dengan penerapan 20 persen biodiesel atau B-20 yang diolah dari kelapa sawit maka akan menurunkan nilai impor minyak hingga lebih dari 6 miliar dolar AS.
Mengingat Indonesia merupakan salah satu pemasok kelapa sawit dunia, maka dengan penerapan B-20 itu, maka produksi di dalam negeri dipastikan akan melonjak dan peluang ekspor juga semakin tinggi. Perry menuturkan potensi ysng diraup dari kenaikan ekspor kelapa sawit diperkirakan mencapai sekitar Rp 4-5 miliar.
"Sekitar 10 miliar dolar AS bisa didapatkan dari penerapan biodiesel itu. Defisit transaksi berjalan bisa lebih baik, ketahanan ekonomi juga bisa lebih kuat," katanya.
Upaya menekan impor salah satunya dari komponen BBM merupakan kebijakan yang saat ini dilakukan melalui sinergi dengan pemerintah, BI dan instansi lainnya. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga defisit neraca transaksi berjalan tetap terkendai dan tidak melampaui tiga persen.
"Saat ini tidak masalah karena tidak melebihi tiga persen dari PDB tetapi karena zaman lagi gonjang-ganjing lebih baik kami antisipasi," ucap Perry.