Jumat 31 Aug 2018 17:51 WIB

Bulog Harus Beli Gabah Petani Rp 8.030

Harga yang disarankan Kementan juga terbilang baik untuk petani.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Petani mengangkut padi saat panen di area persawahan Desa Pasi Jambu, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Senin (27/8). Menurut petani setempat, produksi padi pada musim panen tahun ini rata-rata turun sekitar 40 persen dari musim panen sebelumnya akibat pengaruh musim kemarau.
Foto: Sifa Yullinas/Antara
Petani mengangkut padi saat panen di area persawahan Desa Pasi Jambu, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Senin (27/8). Menurut petani setempat, produksi padi pada musim panen tahun ini rata-rata turun sekitar 40 persen dari musim panen sebelumnya akibat pengaruh musim kemarau.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mengatakan, permintaan Kementerian Pertanian (Kementan) kepada Bulog untuk menyerap beras petani dengan harga Rp 8.030 per kilogram bernilai mutlak. Sebab, nilai serapan terhadap petani lokal masih rendah dan akan berdampak negatif kepada petani, terutama pada musim kemarau saat ini.

Said menjelaskan, beberapa daerah seperti Pantura dan sebagian besar Karawang serta Indramayu sudah mengalami penurunan jumlah panen. Secara rata-rata, penurunan tersebut mencapai 50 persen dibanding dengan musim penghujan. "Di Kecamatan Losarang, Indramayu, telah menurun sampai 60 persen," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (31/8).

Dengan situasi serapan terbatas dan penurunan ketersediaan gabah, kondisi pasar akan menjadi terganggu. Seperti hukum pasar, ketika pasokan berkurang dan permintaan tetap stabil, harga dapat merangkak naik. Menurut Said, pergerakan harga gabah di Indramayu sudah mencapai Rp 5.500 per kilogram dari Rp 4.500-Rp 4.800 pada dua pekan lalu.

Said menjelaskan, solusi paling logis dan tepat saat ini adalah penyerapan gabah milik petani lokal oleh Bulog sebanyak mungkin. Harga yang disarankan Kementan juga terbilang baik untuk petani karena ongkos produksi mereka minimal mencapai Rp 4.800 sampai Rp 5.500. "Jadi, kalau Bulog membeli dengan Rp 8.000 tentu baik untuk petani," ucapnya.

Baca juga, Kementan Optimistis Produksi Padi Terjaga Saat Musim Kemarau

Namun, poin yang harus diperhatikan adalah ketersediaan gabah di petani. Saat ini, sebagian besar gabah sudah sampai di tangan pedagang. Said cemas, harga Rp 8.030 per kilogram tersebut tidak bisa dinikmati petani, melainkan pedagang gabah. Ia menganjurkan kepada pemerintah dan Bulog untuk memastikan lokasi komoditi.

Poin berikutnya adalah kepastian harga ke petani. Selama ini, pembelian gabah dari Bulog biasanya tidak langsung ke petani, melainkan melalui mitra. "Kalau Rp 8.030 dari Bulog, berarti petani akan mendapatkan nilai di bawah itu karena pembeliannya melalui mitra. Mudah-mudahan, tidak terlalu besar selisihnya," tutur Said.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta kepada Perum Bulog untuk aktif menyerap gabah dari petani meski harga sudah naik. Penyerapan ini dinilai penting agar Bulog dapat menstabilkan harga dan tidak merugikan petani maupun konsumen.

Meski harga gabah naik, Amran optimistis Bulog memiliki kemampuan untuk menyerap gabah dengan harga sesuai. Terlebih, eknaikan ini diklaim mampu memberikan keuntungan bagi para petani.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement