EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia melalui survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan pada pekan pertama September, memperkirakan potensi deflasi pada bulan kesembilan sebesar 0,04 persen secara bulanan (month to month/mtm).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan deflasi September 2018 dipengaruhi penurunan harga beberapa komoditas dengan pergerakan harga bergejolak (volatile food). Hal itu seperti varietas cabai dan bawang.
"Harga komoditas pangan yang turun seperti cabai dan bawang," ujarnya di Kompleks Perkantoran BI Jakarta, Jumat (14/9).
Jika hasil survei Bank Sentral hingga pekan keempat September 2018 masih menunjukkan deflasi, dan sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang akan dirilis pada Oktober 2018, tren penurunan harga sejak Agustus 2018 masih berlanjut. Pada Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen (mtm), inflasi tahun kalender (Januari-Agustus 2018) sebesar 2,13 persen dan inflasi tahunan menjadi 3,2 persen (year on year/yoy)
Penyebab deflasi pada bulan kedelapan itu juga disumbang kelompok bahan makanan. Harga pangan tertekan 1,10 persen dengan rincian harga telur ayam yang deflasi 0,24 persen, bawang merah, deflasi 0,05 persen, cabai merah dan rawit yang deflasi 0,05 persen.
Kemudian kelompok sandang juga terjadi deflasi sebesar 0,07 persen dengan pendorongnya berupa turunnya harga emas. Untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,15 persen yang didorong oleh penurunan tarif angkutan udara. BI ingin menjangkar inflasi tahunan pada 2018 sebesar 2,5-4,5 persen (yoy).