REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Iit Septyaningsih, Intan Pratiwi
Dunia usaha berkomitmen mengurangi penggunaan dolar AS dalam transaksi bisnisnya. Langkah ini dilakukan untuk membantu memulihkan mata uang Garuda yang saat ini menembus Rp 15 ribu per dolar AS.
Kemarin, PT Adaro Indonesia bersama empat mitranya melakukan deklarasi bersama untuk meningkatkan transaksi rupiah, di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta. Keempat mitra Adaro tersebut yaitu PT Pertamina (Persero), PT Saptaindra Sejati, PT Pama Persada, dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama.
Presiden Direktur Adaro Indonesia Garibaldi Tohir mengatakan, Adaro menargetkan jumlah transaksi yang dikonversi ke dalam bentuk rupiah sebanyak 1,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 25 triliun pada tahun ini. Pria yang akrab disapa Boy tersebut menjelaskan, jumlah itu merupakan transaksi pembayaran Adaro kepada beberapa mitra.
Boy berharap langkah ini memberikan efek positif bagi Indonesia, khususnya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. "Dengan deklarasi ini, pembayaran transaksi yang tadinya dalam dolar AS, sekarang kita bayar menggunakan rupiah," kata Boy di kantor Kementerian Keuangan, Rabu (3/10).
Dia mengungkapkan, Adaro biasanya melakukan transaksi menggunakan dolar AS mencapai 2 miliar dolar AS dalam satu tahun. Transaksi itu terdiri atas tiga komponen, yaitu pajak dan royalti sekitar 600 juta-700 juta dolar AS, pembayaran bahan bakar ke Pertamina sebanyak 400 juta-500 juta dolar AS, dan untuk kontraktor pengerukan batu bara sebesar 600 juta-700 juta dolar AS.
"Sebagian sudah dibayar menggunakan rupiah," kata dia.
Boy mengatakan, sebagian transaksi masih memakai dolar AS karena berhubungan dengan kontrak yang sudah lama dibuat. Namun, kata dia, karena adanya komitmen bersama, Adaro dan mitra sepakat untuk meningkatkan penggunaan rupiah dalam transaksi.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga berkomitmen membantu pemerintah mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Caranya dengan mengurangi ketergantungan industri di Tanah Air terhadap dolar AS. "Kita tahu memang tidak mudah dilakukan. Tetapi, kita bisa kalau semua kompak," kata Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, nilai perdagangan Indonesia terhadap 10 negara sebesar 334 miliar dolar AS. Dari nilai tersebut, transaksi yang murni menggunakan dolar AS murni hanya dengan Amerika Serikat. Komposisinya pun, ujar Hariyadi, hanya 8 persen atau sekitar 28,3 miliar dolar AS.
Bagi Hariyadi, mengonversi transaksi dari dolar AS ke rupiah merupakan solusi untuk memperkuat nilai tukar uang domestik. "Kalau ini tidak dilakukan, yang namanya pasokan dan permintaan dolar akan terus menjadi masalah di dalam negeri," ujar dia.
Hariyadi mengatakan, suplai dolar AS di Tanah Air terbilang kecil, sedangkan permintaan terhadap mata uang Negeri Paman Sam tersebut selalu tinggi.
Dia menyarankan, transaksi perdagangan dengan suatu negara dapat dilakukan menggunakan mata uang negara tersebut. Hariyadi mencontohkan, transaksi dengan Cina diharapkan bisa dilakukan dengan mengguanakan mata uang yuan, apalagi nilai perdagangan Indonesia ke Cina cukup besar, sekitar 64 miliar dolar AS.
"Kebetulan kita juga defisit dengan Cina. Kita arahkan pelaku usahanya supaya mau memakai yuan," ujar dia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap langkah Adaro mengonversikan transaksi dari dolar AS ke rupiah dapat ditiru perusahaan lainnya. Dia menegaskan, langkah ini sangat membantu negara untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Dengan melakukan konversi, Sri menjelaskan, akan terjadi keseimbangan antara pasokan dan permintaan terhadap dolar AS. "Kalau ada transaksi yang tidak perlu dolar, pakai rupiah saja," kata Sri.
Untuk meningkatkan minat para eksportir mengonversi dolar AS ke rupiah, Sri sedang menyiapkan aturan berupa insentif potongan pajak penghasilan (PPh) atas bunga deposito devisa hasil ekspor (DHE). Tujuannya agar pengusaha mau menyimpan DHE di dalam negeri.
"Aturan ini sedang difinalkan dan akan kita umumkan," ujar dia.