EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) sejak pukul 11.00 WIB menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi khususnya Pertamax Series, Dex Series, dan Biosolar Nonsubsidi. Pengamat energi Fabby Tumiwa menilai langkah Pertamina tersebut untuk mengantisipasi harga minyak dunia.
"Saya kita harga Pertamax misalnya jadi Rp 11.400 per liter itu Pertamina mengantisiapasi kalau harga minyak dalam datu bulan ke depan bisa naik sampai 80 dolar AS perbarel," kata Fabby kepada Republika.co.id, Rabu (10/10).
Fabby mengakui saat ini diprediksi harga minyak dunia bisa saja bergerak dari 75 dolar AS sampai 80 dolar AS per barel. Dengan begitu, menurutnya Pertamina perlu mengantisipasi pergerakan harga minyak dunia jika terus bertambah tinggi.
Meskipun begitu, Fabby menuturkan harga BBM nonsubsidi yang dinaikkan tersebut tidak terlalu mahal. "Kalau saya liat harga BBM di negara lain jauh lebih tinggi. Misal sekarang di Filiphina atau Singapura harganya sekitar 1,1 dolar AS sekitar Rp 16.500 sampai Rp 17 ribu per dolar AS," jelas Fabby.
Untuk itu, dengan harga BBM saat ini, Fabby menilai belum terlalu tinggi. Meskipun masih ada yang memperdebatkan hal tersebut, kata dia, harga saat ini masih dalam taraf wajar karena upaya kenaikkan harga tersebut untuk mengantisipasi harga minyak dunia beberapa bulan ke depan.
Sebelumnya setelah menaikkan jenis BBM tersebut, pemerintah berencana menaikkan harga Premium mulai malam ini. Hanya saja khusus Premium, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan membatalkan rencana tersebut sesuai keinginan Presiden Joko Widodo.
Dengan begitu, Pertamina hanya menyesuaikan harga BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Khususnya Pertamax Series dan Dex Series, serta Biosolar Non PSO mulai hari ini, Rabu (10/10) dan berlaku di seluruh Indonesia pukul 11.00 WIB. Sedangkan harga BBM Premium, Biosolar PSO, dan Pertalite tidak naik. Khusus untuk daerah yang terkena bencana alam di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah sementara ini harga tidak naik (10/10).