EKBIS.CO, JAKARTA -- Pertamina Geothermal Energi (PGE) anak usaha dari PT. Pertamina (Persero) hingga September ini sudah merealisasikan investasi disektor panas bumi hingga 221,6 juta dolar. Realisasi ini sudah 80 persen dari target 2018 yang mencapai 227 juta dolar.
Direktur Utama PGE, Ali Mundakir menjelaskan investasi yang dilakukan PGE adalah pengembangan sumur panas bumi dan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Untuk pengembangan sumur sendiri kata Ali, PGE sedang mengembangkan titik ke 92.
"Kita juga sedang mengembangkan PLTP Lumut Balai Unit 1," ujar Ali kepada Republika.co.id, Ahad (4/11).
Ali menjelaskan untuk investasi sumur baru sendiri saat ini memang PGE sedang melakukan langkah baru. Apabila selama ini sumur panas bumi berada di kedalaman 400 - 500 meter dibawah tanah, maka kini PGE sedang mengembangkan sumur yang ada di bawah 3.000 meter dari permukaan tanah.
Pengembangan sumur ini kata Ali merupakan hal baru bagi teknologi panas bumi. Karena penelitian sementara, reservoar (cadangan) panas bumi masih ada di kedalaman yang lebih dalam. Hanya saja kata Ali, PGE belum bisa langsung mengebor, karena sample uap dan fluida yang ada perlu dilakukan serangkaian tes dulu.
"Kita perlu tes lagi dulu. Hal ini agar kita bisa tau, seperti apa karakteristik uapnya. Apakah cocok untuk pembangkit. Berapa produksi maksimalnya. Kita masih kembangkan terus," ujar Ali.
Meski sudah mencapai 80 persen, Ali tak menampik dalam realisasi investasi PGE memang masih dihadapkan beberapa tantangan. Ali menjelaskan kemungkinan realisasi investasi anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak dalam pengembangan panas bumi tersebut terhambat beberapa bulan kedepan, sehingga sampai akhir tahun target investasi tida tercapai.
"Mudah-mudahan bisa terealisasi semua, paling tidak di atas 90 persen. Itu untuk pemboran sumur pengembangan dan proyek PLTP Lumut Balai unit satu," kata dia.
Ali mengungkapkan, potensi realisasi target investasi tidak tercapai disebabkan pengeboran dua sumur yang tertunda, di Lahendong dan Tompaso, Sulawesi Utara. Penundaan pengeboran karena PGE belum mendapat hasil dari pengeboran sumur sebelumnya.
"Kita biasanya tidak terealisir ada yang kita tunda, ada dua sumur di Lahendong dan Tompaso. Karena menunggu hasil pengeboran sumur sebelumnya," ujar Ali.
Untuk total produksi uap panas bumi sendiri hingga akhir tahun Ali menjelaskan tidak akan bisa mencapai 100 persen atau 4.350 GW per hours. Ali menjelaskan paling tidak hingga akhir tahun PGE hanya bisa merealisasikan 96 persen dari target produksi.
Ali menjelaskan hal ini ada beberapa hal. Pertama, kebutuhan PLN atas uap panas bumi berkurang. Disatu sisi, kata Ali beberapa sumur memang sedang mengalami perbaikan. Hal ini salah satunya sumur Karaha yang memang mundur dari jadwal onstream.
"Harusnya awal tahun sudah bisa operasi ya, jadi lumayan untuk nambah produksi. Tapi realisasinya sepertinya baru bisa April tahun depan," ujar Ali.