EKBIS.CO, JAKARTA -- Defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) pada 2019 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun ini. Seperti diketahui, CAD mencapai tiga persen lebih dari Produk Domestik Bruto (PDB) per kuartal III 2018.
"Saya melihat CAD di 2019 kemungkinan besar lebih rendah dibanding 2018. Diperkirakan ada di Kisaran 2,5 persen dari PDB," ujar Chief Economist Bank CIMB niaga Adrian Panggabean kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (28/11).
Menurutnya, penurunan CAD berkat mulai berkurangnya tekanan impor pada 2019. Hal itu, kata dia, sejalan dengan telah dinaikkannya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebanyak 175 basis poin (bps) sejak Mei lalu.
"Ditambah adanya harapan, pemerintah akan melakukan rescheduling temporer terhadap sejumlah proyek infrastruktur. Tujuannya memang untuk menjaga CAD yang sudah sangat lebar," ujarnya.
Mengacu pada prospek CAD tersebut, ditambah berbagai faktor global yang masih akan terjadi, ia memprediksi kurs rupiah pada 2019 berada di level Rp 14.400 per dolar AS hingga Rp 15.200 per dolar AS. "Bila dilihat secara fundamental, dari perspektif pandang purchasing power dan perbedaan long term rates, nilai rupiah yang wajar untuk tahun depan sebetulnya di Kisaran Rp 14.300 per dolar AS sampai Rp 14.800 per dolar AS," tuturnya.
Adrian menambahkan, dinamika perekonomian yang menantang pada 2019 tidak harus ditakuti. Pasalnya, masih ada harapan perekonomian akan membaik.
"Di balik volatilitas tersebut, selalu ada opportunity. Maka, perlu kehati-hatian dan kejelian dari seluruh pelaku ekonomi serta formulasi kebijakan yang tepat dan antisipastif oleh pemangku kebijakan ekonomi dalam menghadapi tantangan perekonomian tahun depan," ujarnya.