Sabtu 15 Dec 2018 13:43 WIB

Pemerintah Genjot Devisa Nasional dengan Produk Hortikultura

Produk ekspor yang menunjukkan kinerja kenaikan adalah produk hortikultura tropis

Red: EH Ismail
Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi
Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah terus berupaya menggenjot devisa nasional melalui ekspor komoditas sektor-sektor strategis. Sektor pertanian masih menjadi salah satu tumpuan utama dan memberikan andil besar dalam penghimpunan devisa. Produk ekspor yang menunjukkan kinerja kenaikan adalah produk hortikultura tropis seperti manggis, durian, pisang, tanaman obat, benih hingga tanaman hias.

"Sesuai arahan Presiden dan Menteri Pertanian, ekspor produk hortikultura tropis terus kami genjot volumenya. Sistem perijinan ekspor kami pangkas sesimpel dan secepat mungkin. Kementan siap memfasilitasi pelaku usaha yang punya orientasi ekspor," kata Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi di Makassar, Sabtu (15/12).

Menurut Suwandi, selain mendatangkan devisa, ekspor hortikultura membawa banyak multiplier effect lainnya seperti peningkatan produksi, mutu, stabilitas harga dalam negeri hingga mensejahtera-kan petani.

Kinerja Ekspor Hortikultura

Suwandi membeberkan kinerja ekspor hortikultura pada 2017 secara kumulatif naik 80,5 persen jika dibanding periode 2013. Ekspor buah-buahan tropis hingga 2017 mengalami peningkatan kumulatif 140 persen dibandingkan 2013. Khusus Manggis, ekspornya melonjak dari 7.648 ton di 2013 menjadi 38.600 ton pada 2017, atau meroket hingga 405 persen.

"Sementara ekspor nenas 2017 secara kumulatif juga naik 22 persen sejak 2013. Bahkan ekspor manggis pada 2018 jauh lebih tinggi lagi, prediksi mencapai 60 ribu ton," ungkapnya.

Industri perbenihan dalam negeri sudah maju dan mampu bersaing dengan produk benih negara lain. Selain kangkung, beberapa benih hortikultura yang telah diekspor yaitu benih pare, cabai, paprika, timun, gambas, melon, waluh, sweet corn, pare welut, semangka, terong, tomat, jagung pulut, kacang panjang, bayam, okra dan buncis.

"Kalau dulu hampir tiap hari kita dijejali dengan buah-buahan impor. Kini buah-buahan lokal sudah mampu menggantikannya, bahkan ekspor," tutur Suwandi.

Ia menambahkan, untuk bawa merah dan sayuran lainnya ekspor akan terus dipacu. Selain devisa, Kementan berkepentingan membantu menjaga harga di tingkat petani agar tetap bertahan stabil terutama saat panen melimpah.

Menurut catatan Kementan, lanjut Suwandi, kinerja bawang merah mencatatkan prestasi yang fenomenal, dari semula masih impor 74.903 ton pada 2014, lalu turun drastis di 2015 impor 17.429 ton, hingga nol persen di 2016.

“Sejak 2016 hingga saat ini kita sudah tidak lagi impor Bawang Merah dan Cabai Segar. Bahkan membalikkan keadaan menjadi ekspor. Prediksi ekspor bawang merah 2018 sebesar 15.000 ton. Sedangkan untuk kentang, kita sudah tidak perlu impor alias swasembada 2018," katanya.

Lebih jauh Suwandi menyebutkan, kinerja ekspor hortikultura yang membaik tak lepas dari topangan kenaikan produksinya. Produksi Jeruk 2017 mencapai 2,3 juta ton naik dari 2013 yang hanya 1,65 juta ton.

"Produksi pisang naik dari 6,28 juta ton menjadi 7,04 juta ton. Produksi Durian 2017 mencapai 795 ribu ton, naik dari tahun lalu 735 ribu ton. Bawang Merah melonjak dari 1 juta ton di 2013 menjadi 1,47 juta ton di 2017," ujarnya.

Suwandi menambahkan, subsektor hortikultura mampu menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) 196 triliun pada 2017, naik 43 persen dari 2013 sebesar 137,3 triliun. Bahkan kini saha hortikultura semakin digandrungi masyarakat karena nilai tambahnya yang sangat menjanjikan.

Berdasarkan data BPS, angka Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Hortikultura semakin meningkat dari tahun ke tahun. Periode hingga September 2018, NTUP Hortikultura mencapai 112,65 naik signifikan dibanding 2013 yang hanya 107,00.

"Naiknya NTUP mengindikasikan bahwa usaha tani hortikultura se-makin menguntungkan, kemampuan daya beli petani mening-kat dan pada gilirannya makin mensejahterakan petani," pungkas Suwandi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement