EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini, momentum Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019 tidak akan mempengaruhi pertumbuhan industri. Airlangga mengatakan, beberapa investor tetap optimistis menanamkan modalnya, karena melihat kondisi politik dan ekonomi di Indonesia yang tetap stabil pada tahun politik.
“Kita punya pengalaman sebelum dan pasca-reformasi. Khusus dalam 20 tahun ini, kita sudah empat kali Pemilu dan kita juga hampir setiap dua tahun ada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), yang seluruhnya berjalan lancar dan demokratis,” kata Airlangga dalam siaran pers, Kamis (27/12).
Airlangga optimistis, pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang digelar serentak pada 17 April 2019 akan berjalan aman dan damai, sehingga mendukung roda perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. “Jadi, kita harus lebih optimistis, termasuk kepada para pelaku industri, supaya bisa mengambil peluang,” ujarnya.
Salah satu katalis kuat yang mampu mendongkrak pertumbuhan industri tahun depan, terutama adalah melonjaknya konsumsi makanan dan minuman (mamin) serta tekstil dan produk tekstil (TPT). Menurut Airlangga, komoditas tersebut umumnya banyak dibutuhkan saat musim kampanye.
Baca juga, Industri Manufaktur Dongkrak Ekspor
Kemenperin mencatat, pada 2014 dengan adanya momentum Pemilu, industri pengolahan naik menjadi 5,61 persen dibanding capaian tahun sebelumnya sebesar 5,45 persen. Adapun sektor yang menopang lonjakan tersebut, antara lain industri mamin, industri TPT, serta industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki.
“Kondisi perekonomian sekarang memang sudah jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2000-an. Artinya, ada realita norma baru. Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini tidak lagi double digit, rata-rata kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian di seluruh negara berkisar 17 persen,” kata Airlangga.
Airlangga memprediksi, pada 2019 industri pengolahan nonmigas akan tumbuh hingga 5,4 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi yang dipatok pada angka 5,3 persen. Sektor industri yang memberi kontribusi tinggi, di antaranya industri mamin yakni sebesar 9,86 persen. Selanjutnya, pertumbuhan industri mesin diharapkan akan menembus 7 persen, industri TPT sebesar 5,61 persen, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 5,40 persen, serta industri barang logam, komputer, dan barang elektronika 3,81 persen.
“Pada tahun depan, kami juga akan genjot sektor itu agar mampu meningkatkan nilai ekspor, terutama yang punya kapasitas lebih. Selain itu dapat mendorong pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” ujar Airlangga.
Indonesia masih menjadi negara tujuan utama investasi khususnya di sektor industri manufaktur. Airlangga mengatakan, di klaster Cilegon, sudah ada beberapa tambahan investasi. Misalnya, Posco dan Krakatau Steel sebesar 3 miliar dolar AS dan beberapa waktu lalu Lotte melakukan ground breaking senilai 3,5 miliar dolar AS.
Hingga Desember 2018, investasi industri nonmigas diperkirakan mencapai Rp 226,18 triliun. Selain menumbuhkan populasi industri, investasi dapat memperdalam struktur industri di dalam negeri sehingga berperan sebagai substitusi impor. Populasi industri besar dan sedang bertambah sebesar 6.000 unit usaha. Sedangkan industri kecil mengalami penambahan jumlah industri yang mendapatkan izin sebanyak 10 ribu unit usaha.
Dari capaian tersebut, total tenaga kerja di sektor industri yang telah terserap sebanyak 18,25 juta orang. Jumlah tersebut naik 17,4 persen dibanding 2015 di angka 15,54 juta orang.
Seiring upaya menggenjot investasi, Kemenperin mengakselerasi pembangunan kawasan industri di luar Jawa dengan tujuan dapat mendorong pemerataan infrastruktur dan ekonomi di seluruh Indonesia. Pada 2019, pembangunan 18 kawasan industri di luar Jawa ditargetkan rampung. Adapun hingga November 2018, sebanyak 10 kawasan industri yang termasuk proyek strategis nasional (PSN) sudah beroperasi.