EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah menguat sebesar 27 poin menjadi Rp 14.564 pada Kamis (27/12) pagi, dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.591 per dolar AS. Penguatan kurs rupiah ini seiring dengan potensi pelemahan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (27/12) mengatakan bahwa dolar AS bergerak melemah seiring adanya potensi pelemahan pada ekonomi negara adi daya itu akibat imbas perang dagang, ditambah dengan shutdown pemerintahan AS.
"Secara sentimen, itu yang membuat dolar AS mengalami pelemahan terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah," katanya.
Ia menambahkan penutupan pemerintahan juga memicu imbal hasil obligasi AS menjadi lebih rendah, sehingga membuka peluang aliran dana menuju negara berkembang, termasuk Indonesia.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra, mengatakan, rilis data tingkat keyakinan konsumen AS menjadi salah satu faktor yang menjadi perhatian pelaku pasar. "Jika data tingkat keyakinan konsumen AS dirilis lebih rendah dari perkiraan, dolar kemungkinan akan kembali tertekan," katanya.
Ia menambahkan pelaku pasar juga masih dibayangi kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi Amerika Serikat akibat shutdown pemerintahan, sehingga pergerakan dolar AS relatif tertahan.