Ahad 30 Dec 2018 16:55 WIB

Produksi Garam Karawang Selama 2018 Capai 3.900 Ton

Petani dapat menyetok garam untuk dijual saat harga tinggi.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Friska Yolanda
Pekerja mengemas garam dalam panen terakhir tahun ini.
Foto: ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Pekerja mengemas garam dalam panen terakhir tahun ini.

EKBIS.CO,  KARAWANG -- Hasil produksi garam di Kabupaten Karawang selama 2018 cukup menggembirakan. Pasalnya, selama musim panen tahun ini, petambak berhasil memproduksi 3.900 ton garam. 

Produksi tersebut, naik hampir 100 persen dari produksi tahun sebelumnya yang hanya 2.000 ton garam. Karena kondisi ini, petambak bisa menyetok garam untuk kebutuhan tahun depan.

Ketua Koperasi Garam Segara Jaya Kabupaten Karawang, Aep Suhardi, mengatakan, hasil panen tahun ini jauh lebih baik. Padahal, luasan areal tambak yang diolah lebih sedikit, yakni hanya 150 hektare. Padahal, total luasan tambak garam di Karawang mencapai 250 hektare yang tersebar di empat kecamatan.

"Alhamdulillah, ada peningkatan produksi di tahun ini. Peningkatan ini, salah satunya karena pengaruh cuaca serta pemanfaatan teknologi," ujar Aep, kepada //Republika.co.id, Ahad (30/12).

Bahkan, karena produksinya cukup tinggi, petambak serta koperasi bisa menyetok garam untuk kebutuhan tahun depan. Adapun garam yang disetok oleh petambak ini, mencapai 35 persen dari total produksi yang sampai 3.900 ton atau setara dengan 700 ton garam.

Dari 700 ton stok garam ini, 300 tonnya berada di Koperasi Segara Jaya. Sisanya, tersebar di petambak. Tujuan menyetok garam ini, lanjut Aep, untuk memenuhi kebutuhan di tahun depan. Terutama, saat puncak musim hujan. Serta, menunggu harga garam bagus.

Saat panen raya, lanjutnya, harga garam di Karawang tetap tinggi, yaitu Rp 1.000 per kilogram. Di akhir 2018, harga garam mencapai Rp 1.500 per kilogram. 

"Kita juga bahagia, akhirnya bisa menyetok garam. Garam ini, akan dilepas jika harganya sudah bagus," ujar Aep.

Sementara itu, Nurdin Sugandi (46 tahun) petambak garam asal Desa Ciparage Jaya, Kecamatan Tempuran, mengaku, produksi garam tahun ini cukup lumayan. Produksi tambaknya mencapai 50 ton per hektare. Produksi ini ada peningkatan dibanding tahun lalu.

"Tahun lalu, kita panen hanya dapat 30 ton per hektare. Sekarang, alhamdulillah meningkat," ujarnya.

Garam yang diproduksi Nurdin ini, langsung diserbu para pengolah ikan di wilayah Cilamaya maupun Banyusari. Garam tersebut, dijual dengan harga yang relatif tinggi untuk ukuran saat panen raya, yakni Rp 1.000 per kilogram. Ke depan, Nurdin berharap garam yang diproduksinya bisa menembus untuk kebutuhan industri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement