EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong petani untuk berkiprah di era revolusi industry 4.0. Program yang akan dikembangkan oleh Kementerian pertanian yaitu petani milenial dan program sertifikasi kompetensil, dengan harapan munculnya petani-petani kompeten pada masa datang. Saat ini di Cikajang, Garut terdapat seorang entrepreneur muda yang bernama Rizal Fakhreza, yang telah merangkap menjadi “Duta Petani Asean”.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Andriko Noto Susanto di Jakarta, Selasa (8/1). Menurut Andriko, tuntutan di era saat ini adalah kecepatan dan kreatifitas. Digitalisasi, bioteknologi, dan efektivitas proses menjadi kunci dari revolusi agrikultur dalam era ini. Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah bencana demografi, di mana jumlah penduduk dengan usia produktif lebih rendah dibanding penduduk usia non-produktif.
“Lain lagi dengan Indonesia yang mengalami bonus demografi, sehingga revolusi tersebut belum dapat dirasakan di Indonesia. Terbukti dengan banyaknya pertanian konvensional yang ditemui di berbagai wilayah Indonesia,” kata Andriko.
Andriko menjelaskan, selain yang diutarakan di atas, permasalahan yang juga terjadi di Indonesia yaitu mengenai akses menuju teknologi dan bahan yang berkualitas. Meskipun banyak teknologi pertanian yang dihasilkan di Indonesia, namun para petani di daerah belum memiliki akses yang baik ke sana.
Hal tersebut, ucap Andriko, diakibatkan kondisi sosio ekonomi masyarakat Indonesia yang majemuk. Andriko juga mengungkapkan bahwa ketimpangan kelas sosial yang ada di Indonesia sangat tinggi. Sehingga, perlu segera dilakukan pemetaan petani, dari yang belum siap hingga yang siap menghadapi Revolusi Industri 4.0.
“Sesuatu yang diperlukan Indonesia adalah mendorong petani lokal agar lebih mandiri untuk memenuhi kebutuhannya. Petani harus dibekali dengan pelatihan kompetensi sehingga mampu bersaing dan berkiprah di era Revolusi Industri 4.0,” ujarnya.
Ia mengatakan, tugas Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian adalah menjadi garda depan dalam menyiapkan SDM pertanian yang professional, mandiri dan berdaya saing yang tanggap, mampu menerima dan memproses dampak Revolusi Industri 4.0.
Kini, Petani Muda Milenial Bersertifikat Kompetensi
Kementan juga terus mendorong generasi muda Indonesia untuk bangkit dan meneruskan cita-cita pembangunan pertanian melalui program petani milenial. Pada petani milenial, generasi muda harus mampu berfikir kreatif, inovatif dan mampu untuk menunjukan keahlian serta kemampuannya sehingga memiliki daya saing. Generasi muda yang mempunyai daya saing diharapkan tidak akan tergeser oleh orang asing dan dapat berdiri di negerinya sendiri. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah pada tahun 2019 yang merupakan tahun SDM.
Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, BPPSDMP, Kementan, Bustanul menuturkan harapan akan lahirnya petani-petani kompeten pada masa depan, membuat Kementerian Pertanian menumbuh kembangkan satu juta petani milenial dari seluruh Indonesia. Selain petani milenial, program lainnya yang akan dikembangkan adalah program sertifikasi kompetensi, dimana saat ini telah tersedia 98 skema sertifikasi bidang keahlian di sektor pertanian.
“Untuk itu akan dilakukan pelatihan sertifikasi dalam jumlah besar untuk tenaga profesi bidang pertanian dari berbagai sektor bidang pertanian, khususnya siswa, mahasiswa, dosen dan tenaga pertanian lainnya,” tuturnya.
The Raising Garut Young Entrepreneur
Kepala Pusat Pendidikan, BPPSDMP, Kementan Idha Widi Arisanti menyebutkan Cikajang Garut telah melahirkan seorang entrepeneur muda yang bernama Rizal Fakhreza. Ia merupakan seorang entrepreneur muda sukses, yang dimulai dari rintisan usahatani yang dibina melalui Program PWMP.
“Pemuda ini berasal dari petani sayur dan buah biasa dan saat ini sudah menjadi Duta Petani Asean,” sebut Santi, sapaan akrabnya.
Santi mengungkapkan dalam mempertajam ilmu pengetahuan sebagai petani milenial, Rizal juga memanfaatkan kesempatan sekolah di Amerika dengan fokus pendidikan Bisnis Pertanian. Bisnisnya awal adalah petani sayur dan buah yang terus dibangun dan saat ini menjadi “Agrowisata Garut” dengan nama “Eptilu”.
“Usaha ini berkorporasi dengan Asosiasi Petani, Lembaga pemerintahan dan Instansi Bisnis lainnya. Agrowisata sebenarnya adalah upaya Rizal untuk mengenalkan betapa indahnya wirausaha di bidang pertanian dan betapa menariknya proses bisnis pertanian,” ungkapnya.
Hingga pada acara “THE ASEAN YOUNG SUCCESS FARMER” 2018 yang diselenggarakan di Philipina, Rizal Fahhreza berhasil terpilih menjadi “Duta Petani ASEAN”.
“Rizal sudah mendobrak image petani itu kotor , kumuh, dan penghasilan yang tidak menjanjikan menjadi Petani milenial yang menjadi champion di daerahnya,“ pungkas Santi.