Melalui berbagai pertimbangan tersebut, masih jelas Ngargono, Pemerintah sehausnya juga menghitung. Kalau besaran tarif jalan tol ini jatuhnya Rp 1.000 per kilometer baginya masih terlalu tinggi.
Sebab, hari ini masyarakat saja masih bingung dan menjadi tidak ‘surprise’ terhadap Jalan Tol Trans Jawa ini. Jadi hampir bisa dikatakan jamak masyarakat --baik yang sudah mencoba maupun yang akan mencoba— terlalu mahal.
Sehingga masih banyak di antara mereka yang berasumsi, untuk memilih tetap lewat jalur non tol. Inilah yang menurutnya perlu dipertimbangkan dan hitung- hitungan kuantitatifnya perlu dibicarakan lagi.
Ngargono juga melihat Jalan Tol Trans Jawa ini terlalu dipaksakan. Yang kedua begitu dipaksakan karena kemarin mengejar target, ternyata ada beberapa titik badan jalan yang bermasalah karena faktor hujan.
Dengan adanya beberapaa titik yang masih bermasalah –baik di ruas Semarang- Pemalang maupun Salatiga- Surakarta-- menunjukkan kekhawatiran, jangan- jangan ini di berbagai titik lain masih potensi masalahnya juga masih cukup tinggi.
Oleh karena itu, menurutnya perlu dievaluasi setelah Jalan Tol Trans Jawa dioperasionalkan. “Kendati sudah menjadi keputusan Kementerian PUPR, soal tarif sangat mungkin bisa diturunkan kalau melihat perkembangannya ternyata tingkat pengguna jalan tol ini ternyata tidak signifikan,” tandasnya.