Senin 21 Jan 2019 09:26 WIB

Saluran Irigasi Leuwigoong Dimaksimalkan

Kementerian PUPR menargetkan rehabilitasi tiga juta hektare irigasi.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Irigasi
Irigasi

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus berupaya menyelesaikan pembangunan bendungan di tanah air. Pembangunan jaringan irigasi dilakukan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Pembangunan bendungan akan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya atau disebut irigasi premium. "Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata dimana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat meninjau Bendung Copong baru-baru ini.

Bendung Copong merupakan bagian dari Daerah Irigasi (DI) Leuwigoong yang tengah ditangani oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung-Ditjen Sumber Daya Air dengan luas 5.313 hektare yang berada di 11 Kecamatan di Kabupaten Garut. 

Pengembangan DI Leuwigoong dilakukan karena terjadi kerusakan saluran yang mengakibatkan tingginya kehilangan air, pendangkalan pada saluran irigasi dan kerusakan pada bangunan-bangunan air serta beberapa pintu yang tidak dapat dioperasikan. Untuk diketahui, Kementerian PUPR menargetkan pembangunan jaringan irigasi baru seluas satu juta hektare dan merehabilitasi sekitar tiga juta hektare pada periode 2015-2019. 

Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Happy Mulya mengatakan, rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi DI Leuwigoong dilakukan secara bertahap. Tahun 2010-2014 dilakukan pembangunan Bendung Copong di Kabupaten Garut yang berfungsi untuk menaikkan dan mempertahankan tinggi muka air Sungai Cimanuk sehingga bisa dialirkan ke saluran irigasi hingga musim kemarau. Biaya pembangunannya sebesar Rp 136,3 miliar. 

Dilanjutkan tahun 2013-2018 dengan pembangunan saluran primer sepanjang 15 km dan rehabilitasi/peningkatan saluran primer sepanjang 3 km. Kemudian pembangunan irigasi sekunder baru sepanjang 30 km dan rehabilitasi/peningkatan  69,5 km. Selain itu juga dibangun 518 bangunan irigasi baru dan rehabilitasi/peningkatan 176 bangunan. Total biaya pembangunan sebesar Rp 495 miliar. 

“Kami akan melanjutkan pembangunan saluran tersiernya yang ditargetkan selesai dalam dua tahun," kata dia.

Tahun 2019 sudah dianggarkan dana sebesar Rp 13 miliar dari kebutuhan seluruhnya sebesar Rp 77 miliar. Dengan adanya jaringan irigasi yang handal dapat meningkatkan indeks pertanaman petani dari 176 persen sekarang, menjadi 250 persen.

"Artinya bisa tanam padi dua kali dan satu kali palawija," kata Happy. 

Dengan begitu, Kabupaten Garut memantapkan kontribusinya sebagai lumbung pangan di Jawa Barat. Sebelum adanya irigasi teknis, petani masih menggunakan irigasi sederhana dan tadah hujan. 

Daerah Irigasi Leuwigoong seluas 5.313 hektare terdiri dari 11 irigasi teknis yaitu Ciojar (73 hektare), Cibuyutan Utara (531 hektare), Situ Bagendit (409 hektare), Citikey (528 hektare), Cermot (107 hektare), Citameng II (82 hektare), Citameng III (91 hektare), Citameng IV (498 hektare), Cipacing (593 hektare), Cibuyut (89 hektare), Situhiang (70 hektare) dan sisanya sawah tadah hujan seluas 2.242 hektare.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement