EKBIS.CO, JAKARTA – Kementerian Perindustrian mengakselerasi pengembangan industri elektronika Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku atau komponen impor.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berharap, produsen elektronika dapat terus memperbanyak produk-produk berteknologi tinggi yang diproduksi di Indonesia. Dengan begitu, mereka bisa menjadi pendorong bagi Indonesia untuk mewujudkan konsep Smart City di Indonesia. "Kami sedang memacu industri elektronika dalam negeri agar tidak hanya terkonsentrasi pada perakitan, tetapi juga terlibat dalam rantai nilai yang bernilai tambah tinggi," ucapnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (2/2).
Selain itu, Airlangga menganjurkan perusahaan elektronika untuk menerapkan revolusi industri 4.0. Dengan adanya peluang dan tantangan di era industri 4.0, diharapkan industri elektronika pun mampu membangun kerja sama dengan manufaktur kelas dunia. Upaya itu mampu menciptakan terjadinya transfer teknologi, sehingga bisa lebih meningkatkan kemampuan produksi dan menciptakan inovasi yang terdepan.
Dalam upaya mengakselerasi pertumbuhan industri elektronika dan telematika, pemerintah telah menyiapkan beberapa insentif fiskal dan nonfiskal bagi investasi di sektor ini. Hal itu misalnya, tax holiday dan tax allowance.
Di samping itu, Kemenperin sudah mengusulkan skema insentif berupa super deductible tax atau pengurangan pajak di atas 100 persen untuk industri yang terlibat dalam program pendidikan vokasi serta melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) untuk menghasilkan inovasi.
Ke depannya, Airlangga menuturkan, pemerintah akan mendorong kerja sama investasi pada komponen industri elektronika dan telematika. Hal itu misalnya, semi konduktor sebagai salah satu komponen utama. "Diharapkan, sektor ini dapat semakin meningkatkan nilai tambah di dalam negeri," katanya.
Airlangga menyebutkan, kini Industri elektronika nasional terus menunjukkan daya saingnya yang semakin kompetitif di kancah global. Hal itu di antaranya terbukti dengan pengiriman perdana produk smartphone router ke Amerika Serikat di Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (2/2). Pengiriman dilakukan oleh PT Sat Nusapersada yang sudah mengembangan industri smartphone sejak 1990an.
Dalam mengekspor ke Amerika, PT Sat Nusapersada menjalin kemitraan dengan perusahaan asal Taiwan, Pegatron Corp. Keduanya bekerja sama memproduksi perangkat broadband dan smarthome yang memiliki standarisasi internasional.
Dengan diresmikannya pengiriman perdana ke Amerika Serikat, Airlangga berharap, produksi smarthome router yang memiliki kecepatan tinggi dapat terus berjalan. "Sehingga, keberadaan pabrik di Batam bermanfaat bagi peningkatan kegiatan ekonomi di Batam khususnya dan ekonomi nasional umumnya," tuturnya.
Direktur Utama PT Sat Nusapersada Abidin menjelaskan, sepanjang tahun ini, pihaknya berkomitmen untuk memproduksi smarthome router yang memiliki kecepatan tinggi. Salah satunya dengan membangun pabrik enam lantai, tiga SMT lines, dan 11 final assembly lines. Dengan total investasi mencapai Rp 300 miliar, pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebesar 10 juta unit per tahun.
Potensi total nilai ekspor akan mencapai 600 juta dolar AS per tahun serta dapat membuka lapangan kerja baru hingga 2.000 orang. Wireless router tersebut dapat mendukung terwujudnya koneksi Smarthome yang membutuhkan bandwith data tinggi.
Abidin menyampaikan, pihaknya berkomitmen untuk terus menjadi salah satu manufaktur smartphone terbesar di Indonesia. Hingga saat ini, telah memproduksi berbagai merek smartphone ternama di dunia seperti Asus, Xiaomi, Huawei, Honor dan Nokia yang dipasarkan di Indonesia serta sisanya diekspor ke India, Jerman dan Perancis. "Jadi, kami berharap, produk kami menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia karena tertera tulisan made in Indonesia," ujarnya.
Abidin meminta kepada pemerintah agar dapat menerapkan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tidak hanya dikenakan pada produk smartphone, juga terhadap produk-produk seperti laptop, TV, kulkas, AC dan produk elektronik lainnya. Tujuannya, menghidupkan produsen dalam negeri, mengurangi angka impor, menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan negara.