EKBIS.CO, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyatakan, aliran modal asing yang masuk ke instrumen portofolio (capital inflow) Indonesia akan tetap terjaga. Pada tahun ini, capital inflow juga diyakini akan terus mengalir karena didukung oleh faktor domestik dan global.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, mengatakan, faktor pendorong dari global datang dari arah kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, yang diperkirakan akan lebih lunak daripada tahun lalu. Kebijakan Dewan Gubernur The Fed, kata Nanang, diyakini otoritas akan sangat hati-hati untuk tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan.
Di sektor riil, tensi perang dagang yang masih berlanjut antara dua negara raksasa, AS dan Cina juga mulai mereda. Hal itu setelah adanya pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump bertemu langsung dengan para pejabat tinggi di Cina pekan ini.
“Dua faktor global ini akan menyebabkan investor melepaskan dolar. Ini merupakan push factors,” kata Nanang kepada Republika.co.id, Sabtu (23/2).
Sementara dari sisi domestik, Nanang menyebut terdapat beberapa faktor pendorong yang akan tetap membuat investor asing tertarik menanamkan modalnya di portofolio Indonesia. Ia mengatakan, imbal hasil yang diperoleh dari instrumen pasar keuangan Indonesia hingga kini masih sangat menarik.
Sebagai contoh, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun saat in imencapai 7,9 persen. Keuntungan itu jauh lebih tinggi daripada imbal hasil dari surat berharga milik pemerintah AS, US Treasury Bond yang hanya sebesar 2,6 persen. Dibanding negara-negara kawasan Asia, Nanang menyebut, imbal hasil pasar keuangan Indonesia masih lebih tinggi.
Menurutnya, tingginya imbal hasil juga ditopang oleh kepercayaan investor yang tinggi terhadap pengelolaan kebijakan moneter oleh BI. “Juga kebijakan fiskal yang tetap dijaga oleh pemerintah agar tetap prudent dan konsisten untuk menjaga stabilitas makro ekonomi,” ujarnya.