EKBIS.CO, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membukukan laba bersih sebesar Rp 25,9 triliun sepanjang 2018 lalu. Perolehan laba bersih ini tumbuh 10,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp 23,3 trilun.
Pencapaian laba ini menurut Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, karena perusahaan mampu menekankan kehati-hatian dalam penyaluran kredit dan peluang-peluang dari permintaan kredit yang lebih tinggi. “Pertumbuhan kinerja ini di tengah kandisi likuiditas sektor perbankan yang mengetat dan tren kenaikan suku bunga. Posisi likuiditas BCA didukung oleh dana CASA yang solid, berkat pengembangan berkelanjutan franchise perbankan transaksı,” ujar Jahja saat acara Analyst Meeting BCA di Hotel Kempinski, Kamis (28/2).
Dia merinci pendapatan operasional bank terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 10,6 persen menjadi Rp 63 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 57 triliun. Pendapatan bunga bersih meningkat 8,3 persen menjadi Rp 45,3 triliun, sementara pendapatan operasional lainnya tumbuh 17 persen menjadi Rp 17, 7 triliun.
Sementara Dana giro dan tabungan (CASA) tetap menjadi pendanaan inti bank. Pada akhir tahun lalu, CASA berkontribusi 76,7 persen terhadap total dana pihak ketiga dengan nilai sebesar Rp 483 triliun.
Dalam komposisi CASA, dana giro tumbuh 10,3 persen menjadi Rp 166,8 triliun dan dana tabungan meningkat 8,1 persen menjadi Rp 316,2 triliun. Total dana pihak ketiga tercatat sebesar Rp 629,8 triliun, atau tumbuh 8,4 persen.
"BCA terus mengembangkan produk dan layanan dengan memanfaatkan teknologi digital serta tetap melakukan investasi pada jaringan elektronik dan kantor cabang produk dan layanan digital memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kepuasan nasabah,” ungkapnya.