EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk menargetkan pertumbuhan kredit sebesar sembilan persen hingga 10 persen pada tahun ini. Hal ini telah mempertimbangkan pergerakan ekonomi di tengah tahun politik dan faktor eksternal global.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pada tahun ini perusahaan mengamati dua hal dalam menargetkan pertumbuhan kredit yakni ketersediaan likuiditas dan dampak kebijakan FFR. “Tahun ini berpikir konservatif sembilan persen sampai 10 persen untuk kredit, kita harus memperhitungkan gerak ekonomi ke depan, kita harus amati dua hal yakni ketersediaan likuiditas dan dampak policy FFR,” ujarnya saat acara Analyst Meeting BCA di Hotel Kempinsky, Kamis (28/2).
Dia menjelaskan pada tahun lalu portofolio kredit meningkat 15,1 persen menjadi Rp 538 triliun, didukung oleh tingginya kebutuhan kredit usaha Kredit korporasi tumbuh 20,4 persen menjadi Rp 21 3,3 triun pada akhir. Kredit komersial dan UKM meningkat 13,4 persen menjadi Rp 183,8 triliun.
Perusahaan mencatat pertumbuhan kredit usaha yang lebih tinggi, baik pada kredit investasi maupun modal kerja. Meskipun dihadapkan pada peningkatan suku bunga, kredit konsumer tumbuh 97 persen menjadi Rp 140,8 triliun. Pada segmen konsumer, KPR tumbuh 12 persen menjadi Rp 87,9 triliun dan KKB meningkat 44 persen menjadi Rp 40 triliun.
Pada periode yang sama, outstanding kartu kredit tumbuh 11,8 persen menjadi Rp12,9 triliun Rasio keuangan utama tetap solid pada akhir tahun lalu. Rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat pada level 1,4 persen, berada dalam tingkat toleransi risiko yang masih dapat diterima Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah (loan loss coverage) tercatat pada level yang memadai sebesar 178,7 persen. Rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) tercatat pada level yang sehat masing-masing sebesar 23,4 persen dan 81,6 persen.