EKBIS.CO, JAKARTA -- Perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending Amartha berupaya mendorong pengusaha mikro perempuan di pedesaan. Tercatat per Maret 2019 mitra Amartha sebanyak 207 ribu orang, dengan total dana yang disalurkan mencapai Rp 900 miliar.
Founder dan CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra mengatakan mitra Amartha tersebar 3.500 desa di pulau Jawa. Adapun jumlah pelaku usaha mikro bertambah hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penerima 2018 sebanyak 110.393 orang.
“Peningkatan ini tak terlepas dari kepercayaan para pelaku usaha mikro kepada Amartha. Kami telah memberikan edukasi keuangan serta mengupayakan sistem tanggung renteng yang telah berlangsung sejak 2010,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Jumat (29/3).
Selain menerima pendanaan, mitra Amartha secara rutin mendapatkan pelatihan literasi keuangan, pemeriksaan kesehatan gratis, edukasi tentang lingkungan untuk memastikan dapat mengelola keuangan dengan baik, sehingga usahanya terus berjalan dan tumbuh dan kualitas hidup lebih baik.
“Pesatnya pertumbuhan mitra karena teknologi machine learning yang digunakan Amartha untuk menghasilkan credit scoring bagi mitra yang unbankable atau tidak laik bank. Teknologi ini memungkinkan proses peminjaman bisa selesai dalam waktu kurang dari 30 menit,” ungkapnya.
Taufan menjelaskan Amartha turut menyeleksi para mitra dengan bantuan teknologi, yang kemudian, diiringi dengan pendampingan mingguan, dan literasi keuangan. Sekaligus mendidik mitra usaha agar disiplin, tangguh dan bekerja sama melalui tanggung renteng.
“Karakter ini merupakan jalan bagi mitra usaha Amartha untuk mencapai kesejahteraan lebih baik,” ucapnya.
Menurutnya saat ini ada sekitar 100 persen pengusaha mikro di Amartha adalah perempuan di pedesaan. Hal ini sesuai dengan sustainable development goals yang digagas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui pilar pengentasan kemiskinan, partisipasi perempuan dalam pembangunan dan pengurangan ketimpangan pendapatan di pedesaan.
Menurutnya para pengusaha mikro perempuan Amartha berasal dari pelosok pedesaan, dan tidak laik perbankan karena tidak memiliki dokumen usaha resmi, sampai tidak memiliki riwayat kredit. Sehingga bagi mitra Amartha yang sulit mendapatkan pendanaan usaha dari bank atau lembaga keuangan konvensional lainnya, agar bisa mengangkat kualitas hidup lebih banyak perempuan pengusaha mikro, Amartha, membuka point (cabang Amartha) di beberapa daerah.
“Untuk menjangkau mereka, Amartha memiliki jaringan tim lapangan yang berkeliling mengendarai sepeda motor dan memberikan pelayanan serta pelatihan kepada kelompok-kelompok di wilayah kerjanya,” ungkapnya.