EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga riset ekonomi, Center of Reform on Ecomics (Core) Indonesia memproyeksikan situasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga hingga akhir tahun ini dalam kondisi yang positif. Sejumlah dorongan domestik membantu peningkatan konsumsi meksipun situasi global tengah dalam tren pelemahan.
Direktur Eksekutif Core Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan, tingkat penjualan eceran atau riil domestik secara umum mengalami peningkatan signifikan. Pada kuartal IV 2018, penjualan riil mencapai 4,65 persen. Adapun kuartal I 2018 bahkan hanya mencapai 0,72 persen.
Memasuki 2019, hasil Survei Penjualan Eceran dari Bank Indonesia mencatat, pada Januari 2019 penjualan sudah mencapai 7,2 persen. Sebulan berikutnya, penjualan eceran kembali tumbuh sebesar 9,1 persen. “Kita telah melihat bahwa pertumbuhan konsumsi kuartal I antara 5,0 – 5,1 persen, masih stabil,” kata Faisal saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (24/4).
Selain penjualan riil, kinerja industri juga mengalami perbaikan. Hal itu terlihat dari Prompt Manufacturing Index (PMI) yang dirilis oleh Bank Indonesia. Hasil Survei PMI pada kuartal pertama menunjukkan, PMI manufaktur Indonesia berada di level 52,65 persen. Angka tersebut, masih lebih tinggi daripada kuartal kempat 2018 yang mencapai 52,58 persen. Adapun pada kuartal pertama 2018 bahkan terjadi kontraksi.
Meski begitu, Faisal mengatakan, konsumsi masih memungkinkan terjadi pelemahan jika pascapemilu kali ini pemerintah tidak berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan. “Sampai saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan tidak ada faktor-faktor penekan. Tapi, yang jelas masalah ketidakpastian masih tetap ada,” ujar Faisal.
Memasuki kuartal kedua tahun ini, Faisal mengatakan, belum terlihat adanya risiko yang dapat melemahkan konsumi. Di sisi lain, kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) serta bulan Ramadhan dna Hari Raya Idul Fitri akan menjadi pendongkrak utama kenaikan konsumsi. Selain itu, Bantuan Sosial juga turut berkontribusi.
Kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, menilai, jika kondisi konsumsi selama Januari-Maret 2019 ternyata lemah, hal itu merupakan kondisi yang wajar. Sebab, berdasarkan tren dari tahun-tahun sebelumnya, konsumsi kuartal pertama cenderung lebih lemah daripada kuartal kedua hingga keempat
“Tapi menurut saya tahun ini pasti akan sedikit lebih baik, dan kembali tumbuh pada kuartal kedua sampai keempat,” ujarnya.