EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait konsolidasi perbankan disambut perbankan dengan beragam rencana akuisisi bank-bank kecil. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan langkah tersebut bukan termasuk hal mudah.
"Kebijakan regulator untuk konsolidasi bank itu seperti gayung bersambut, BCA juga memiliki rencana (untuk membeli bank kecil)," kata Jahja akhir pekan lalu.
Menurutnya, BCA seperti kapal induk besar yang sulit bergerak dengan leluasa. Sehingga ada baiknya jika memiliki bank yang khusus untuk pengembangan dengan prioritas digital.
Jahja mengatakan pertimbangan awal BCA melihat basis nasabah yang besar dan luas cenderung sulit menerima perubahan secara masif. Keberadaan bank kecil yang khusus untuk pengembangan embrio digital diproyeksikan bisa memudahkan.
"Hal itu disampaikan kepada pemegang saham, memang awalnya untuk dibuat bank digital," kata Jahja.
BCA menganggarkan belanja modal khusus digital Rp 5,2 triliun tahun ini. Seiring waktu, tambah Jahja, BCA menyadari bahwa induk pun bisa tetap mengembangkan digitalisasi dan diterima masyarakat tanpa perlu melalui bank digital secara khusus.
BCA telah meluncurkan sejumlah inovasi digital yang bertujuan memudahkan masyarakat dalam bertransaksi dan menambah customer experience. Mulai dari inovasi di QR Code, Oneklik, keyboard BCA, dan pengembangan mobile juga internet banking lainnya.
Namun, untuk melengkapi janji yang telah disampaikan dalam RBB, BCA tetap menjalankan rencana akuisisi pada PT Bank Royal Indonesia (Bank Royal). Penandatanganan perjanjian jual beli mayoritas saham dilakukan pada 16 April 2019 oleh perseroan dan anak perusahaan, PT BCA Finance.
BCA membeli sebanyak 2,87 juta saham Bank Royal yang mewakili seluruh modal yang telah ditempatkan dan disetor para penjual dalam Bank Royal. Transaksi akuisisi ini mencapai Rp 1,007 triliun.
Jahja menyampaikan prosesnya cukup alot karena sejumlah pertimbangan. Ia menyebut bank besar harus bersaing dengan bank-bank asing karena mereka pun berani mengakuisisi dengan harga tinggi.
"Tidak gampang mencari bank yang secara valuasinya reasonable untuk kita dan mau dijual, mereka percaya diri (pasang harga) karena begitu banyak bank-bank asing yang siap masuk ke Indonesia," kata dia.
Bank-bank asing seperti SoftBank, DigiBank dan KakaoBank tidak memiliki banyak pertimbangan ketika akuisisi bank kecil. Pasalnya posisi mereka cukup strategis karena tidak memiliki banyak cabang di dalam negeri.
"Jadi mereka kan dari tidak punya (nothing) jadi something punya, kalau kita kadang cabang sudah banyak," kata Jahja.
Ia sendiri belum mau menyampaikan rencana BCA terhadap Bank Royal yang awalnya untuk bank digital. Jahja mengatakan perseroan sudah memiliki rancangan atau fokus namun masih dalam pembahasan.
"Yang pasti kita akan coba cari satu bisnis tertentu, tapi belum mau kita sebutkan, kita harapkan bisa menambah nilai," katanya.