EKBIS.CO, JAKARTA -- Peternak Layer Nasional menyatakan, suplai dan harga telur ayam ras di level peternak masih cukup stabil. Sinyal kenaikan harga telur yang beberapa waktu terakhir dirasakan masyarakat, diduga akibat adanya permainan para mafia pangan.
“Mekanisme suplai telur ke pasar masih dikuasai mafia pangan. Makanya mereka ambil keuntungan yang di luar batas kewajaran meskipun harga dari peternak stabil,” kata Presiden Peternak Layer Indonesia, Musbar, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (8/5).
Musbar menuturkan, saat ini harga produksi telur ayam ras sudah mulai membaik setelah sebelumnya mengalami kejatuhan harga. Pada akhir tahun lalu, harga telur di tingkat peternak anjlok hingga mencapai Rp 15 ribu per kilogram (kg). Harga itu jauh dari rata-rata biaya produksi telur Rp 20 ribu per kg.
Adapun saat ini, Musbar mengatakan, harga jual telur ayam di peternak maksimal Rp 22 ribu per kg. Menurut Musbar, dengan tingkat harga tersebut, harga telur ayam di pasar tradisional semestinya masih bisa dijual sesuai acuan pemerintah sebesar Rp 23 ribu per kg.
Ia mengungkapkan, rata-rata produksi telur domestik dalam sehari mencapai 7.800 ton sedangkan konsumsi nasional hanya sekitar 6.700 ton-6.800 ton. Meski memasuki Bulan Ramadhan, Musbar mengatakan, tidak ada kenaikan signifikan terhadap konsumsi telur.
“Paling kenaikan konsumsi hanya 20 persen di 10 hari terakhir Ramadhan untuk pabrik kue, roti, dan biskuit. Tapi, untuk kenaikan kebutuhan itu kita sudah genjot produksi telur di 10 hari pertama Ramadhan. Lihat siklusnya,” ujarnya.
Ia menegaskan, situasi produksi telur di level hulu tergolong dapat dikendalikan dan dalam pengawasan yang ketat. Hanya saja, masalah terdapat pada tata niaga telur hingga ke level hilir yang bersentuhan langsung dengan konsumen di pasar.
Peternak, kata Musbar, siap membantu pemerintah dalam menyediakan pasokan untuk menyediakan stok operasi pasar. Rata-rata peternak layer saat ini memiliki stok cadangan yang bisa digunakan untuk menambal peningkatan kebutuhan masyarakat dalam negeri.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan, selain fokus pada pengawalan harga di tingkat hilir, pihaknya berupaya untuk menjaga harga telur di peternak agar tidak jatuh. Sebab, jika peternak rugi, otomatis produksi akan berkurang dan memicu lonjakan harga di pasar.
“Kita juga harus berpihak kepada peternak agar tidak rugi. Sebab, kalau dia untung terus maka produksinya pun akan semakin baik,” ujarnya. Amran pun mengingatkan kepada para segelintir pemain di pasar tradisional untuk tidak membuat harga telur menjadi tidak terkendali dan merugikan banyak pihak demi keuntungan diri sendiri.