EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi perekonomian nasional adalah defisit transaksi berjalan (CAD) dan defisit neraca perdagangan.
Keduanya memang terus mengalami defisit dalam beberapa tahun terakhir. Jokowi menyampaikan dua solusi yang harus dikejar pemerintah, yakni peningkatan ekspor dan investasi.
"Problem besar kita sejak lama adalah neraca transaksi berjalan yang selalu defisit. Neraca perdagangan kita yang selalu defisit. Ini problem yang sudah jelas kita paham, jelas masalahnya, namun ini tidak pernah selesai," jelas Jokowi usai menghadiri buka puasa bersama dengan Hipmi, Ahad (26/5).
Jokowi pun meminta para pengusaha muda yang tergabung dalam Hipmi ikut membantu pemerintah menggenjot raihan investasi dan kinerja ekspor. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menilai bahwa dua hal tersebut merupakan kunci untuk menambah laju pertumbuhan ekonomi nasional. "Kuncinya hanya dua yakni peningkatan ekspor dan investasi," kata Jokowi.
Jokowi menambahkan, pertumbuhan ekonomi yang melesat akan membawa Indonesia ke era selanjutnya, yakni teknologi dan inovasi. Era ini sekaligus menjadi penanda masuknya Indonesia sebagai kekuatan ekonomi keempat terbesar dunia pada 2045 nanti.
Kinerja perdagangan Indonesia merosot pada April 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan pada bulan lalu mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS. Ini rekor defisit terparah sejauh ini. Padahal, neraca dagang sempat surplus 540 juta dolar AS pada Maret 2019.
Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan, defisit tersebut berasal dari neraca dagang migas yang minus 1,49 miliar dolar AS dan nonmigas yang defisit 1 miliar dolar AS. Nilai ekspor Indonesia pada April 2019 mencapai 12,60 miliar dolar AS, menurun 10,80 persen dibandingkan Maret 2019 (month to month/mtm). Jika dibandingkan April 2018, penurunannya lebih dalam, yakni mencapai 13,10 persen.
Sementara, nilai impor naik 12,25 persen menjadi 15,10 miliar dolar AS (mtm). Namun, apabila dibandingkan April 2018, nilai impor turun 6,58 persen.
Suhariyanto menjelaskan, ada dua faktor yang paling memengaruhi penurunan kinerja dagang. Pertama, melambatnya perekonomian global. Kedua, harga komoditas yang masih berfluktuasi, di antaranya harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP).