EKBIS.CO, JAKARTA -- PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) membidik pangsa pasar ke Australia dan Kanada terkait perdagangan bahan bangunan dan perlengkapan rumah tangga. Nantinya ekspor bisnis manufaktur tersebut akan dilakukan melalui anak usaha PT Handal Aluminium Sukses (HAS).
Direktur Utama HK Metals Utama Wiliam Ngasidjo Achmad mengatakan saat ini perusahaan tengah dalam proses pembuatan sertifikat DNV GL sebagai syarat untuk ekspor ke Australia.
“Salah satu anak usaha kami (HAS) telah melakukan ekspor perdananya ke Amerika dan Belanda,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Senin (24/6).
Berdasarkan volume ekspor 2019 ditargetkan 280 metrikton (MT) atau 28 persen dari total penjualan, industri seperti solar panel 30 MT (3 persen), proyek yang mencakup risk building dan landed house 50 MT (5 persen) dan arsitektural atau ritel mencapai 640 MT (64 persen).
Pada kuartal I 2019, HK Metals Utama membukukan kenaikan penjualan sebesar 55 persen menjadi Rp 357 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 230 miliar. Peningkatan penjualan tersebut sebagian besar dipicu oleh kenaikan dari penjualan anak usaha perusahaan, dengan tertinggi disalurkan PT HAS naik 258 persen menjadi Rp 129 miliar.
Ke depan, perusahaan akan fokus terhadap empat pilar yakni berfokus pada ekspor, industri, proyek, dan ritel. Dari segi ekspor, perusahaan akan terus menambah dan mengembangkan negara ekspor baru.
Dari segi industri, perusahaan akan mengembangkan industri potensial seperti industri kereta api dan panel surya.
“Kemudian dari segi proyek, kami akan terus menyasar proyek pemerintah, seperti proyek 1 juta rumah dan juga proyek rumah subsidi, dari segi ritel kami akan mengembangkan agen pemasaran di seluruh Indonesia,” ucapnya.
Target produksi
Direktur Keuangan HK Metals Utama Pratama Girindra menambahkan hingga akhir 2019 perusahaan menargetkan produksi aluminium ekstrusi sebesar 12 ribu ton atau naik hampir dua kali lipat dari realisasi 2018 sebesar 6.200 ton sejalan beroperasi empat mesin baru di pabrik Cirebon.
“Tiga mesin sudah terpasang, dan satu mesin diharakan ter-install dalam beberapa bulan ke depan,” ungkapnya.
Menurut dia pada tahun ini produksi aluminium perusahaan akan meningkat sekitar 25 persen hingga 30 persen secara tahunan. Adapun proyeksi tersebut berdasarkan beberapa potensi permintaan aluminium dalam negeri yang cukup besar.
Pratama memaparkan bahan baku konstruksi perumahan kini bergeser dari menggunakan kayu menjadi aluminium maupun baja ringan. Pada tahun ini pertumbuhan pembangunan perumahan akan meningkatkan performa perusahaan.
“Walaupun performa pembangunan properti pada tahun ini cenderung menurun, tidak akan berdampak langsung terhadap produksi perseroan. Sebab perusahaan bekerja sama dengan peritel melainkan pengembang dalam memasarkan peralatan bangunan aluminium,” ungkapnya.
Selain perumahan, perusahaan menilai pertumbuhan permintaan energi terbarukan, khususnya energi surya akan menggenjot produksi komponen panel surya perseroan pada tahun ini. Untuk memproduksi panel surya dengan kapasitas 320 watt dibutuhkan 3 kilogram aluminium.
Sejalan dengan peningkatan produksi, perusahaan menargetkan pendapatan sebesar Rp 1,6 triliun atau melonjak dari 2018 sebesar Rp 865 miliar. Sementara laba bersih hingga akhir tahun ini ditargetkan sebesar Rp 143 miliar dari 2018 sebesar Rp 69 miliar.
Pada tahun ini perusahaan menargetkan aset sebesar Rp 2,060 triliun dari Rp 1,533 triliun. Ekuitas ditargetkan Rp 756 miliar dari Rp 621 miliar.
“Kontribusi penjualan perusahaan sebagian besar atau 52 persen dikontribusikan dari segmen alumunium, sebesar 29 persen dari penjualan baja ringan dan sisanya bahan bangunan lainnya,” ucapnya.