EKBIS.CO, JAKARTA -- Guna menjaga kesiapan fasilitas operasi dalam menunjang kegiatan lifting migas nasional, PT Pertamina EP melalui Asset 4 jalin kerja sama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Kerja sama antara PT Pertamina EP Asset 4 yang diwakili Agus Amperianto selaku Asset 4 General Manager dan KUPP Brondong yang diwakili oleh Ferry Agust S selaku Kepala KUPP Brondong tentang penggunaan perairan di Terminal Khusus Tuban Marine Terminal tersebut ditandatangani bertepatan dengan kegiatan Forum Penunjang Operasi dan Keselamatan Migas Tahun 2019 dengan disaksikan langsung oleh Deputy Operasi SKKMigas Fatar Yani Abdurrahman, Rabu (26/6).
"Alhamdulillah hari ini kami bisa menandatangani perjanjian kerjasama tentang Penggunaan Perairan di Terminal Khusus Tuban Marine Terminal. Dan diharapkan dengan adanya perjanjian ini akan semakin menunjang kinerja dari Sukowati Field, khususnya menanggulangi kendala dalam kegiatan lifting migas dan lebih mengedepankan ketentuan keselamatan kerja migas sebagainana diharapkan oleh SKK Migas untuk operasi dengan best practices yang benar dan memenuhi aspek compliance,” ujar Agus Amperianto, Asset 4 General Manager PT Pertamina EP.
Lebih lanjut, Agus menambahkan bahwa Produksi minyak dari Sukowati Field mencapai rata-rata 9.000 barel per hari, dengan produksi tersebut nantinya akan dilakukan lifting dengan menggunakan FSO Success Challenger yang berada di perairan Tuban, Jawa Timur. "Kami sampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dari SKK Migas dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan sehingga kelancaran operasi migas dan pemenuhan target lifting migas nasional dapat terwujud", kata Agus.
Sementara itu, Bagus B Edvantoro selaku Kepala Divisi Keselamatan Operasi Migas SKK Migas menyampaikan penggunaan standar dalam kegiatan migas di semua KKKS harus dimulai dari kompetensi pekerja, perencanaan dasar, spesifikasi teknis, pemilihan material, perhitungan pembuatan, perakitan, teknis, pengujian, operasi, perawatan dan pemeliharaan, serifikasi dan evaluasi teknis, yang memadai dan memenuhi standard.
"Pemahaman terhadap penggunaan standar dan standar serta kompetensi pekerja juga merupakan hal yang penting. Dengan penerapan standar pada instalasi migas dan pekerja tersebut dapat mewujudkan kegiatan usaha migas yang optimal, efisien dan aman. Itu yg diharapkan oleh SKK Migas," ujar Bagus B Edvantoro.
Fatar Yani Abdurrahman, Deputy Operasi SKK Migas yang menyaksikan prosesi penandatanganan perjanjian menyampaikan penunjang operasi yang cukup kritikal tahun ini adalah kapal, karena lifting minyak tidak boleh ada deadstock. "Dengan tingginya tingkat pengapalan, maka pasti kebutuhan biaya juga tinggi. Namun hal ini sangat penting karena target lifting kita 100 persen tetap perhatikan faktor safetynya," imbaunya.