Selasa 16 Jul 2019 08:20 WIB

Dulu Sering Diledek, Kini Pengusaha Jengkol Ini Beromzet Rp30 Juta

Imas Mintarsih tidak menyangka mampu meraup omzet besar dari jualan jengkol.

Rep: Cahyo Prayogo(Warta Ekonomi)/ Red: Cahyo Prayogo(Warta Ekonomi)
Dulu Sering Diledek, Kini Pengusaha Jengkol Ini Beromzet Rp30 Juta. (FOTO: Cahyo Prayogo)
Dulu Sering Diledek, Kini Pengusaha Jengkol Ini Beromzet Rp30 Juta. (FOTO: Cahyo Prayogo)

Imas Mintarsih merupakan salah satu kisah sukses pelaku UMKM jebolan program The Big Start yang diinisiasi oleh Blibli.com.

Imas tidak pernah menyangka dirinya akan menjadi pelaku usaha sukses dengan omzet mencapai Rp30 juta perbulan. Ia mengatakan dirinya cuma anak seorang petani jengkol asal Sumedang, Jawa Barat. Penghasilan ayahnya sangat jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan keempat orang anaknya.

"Saya ini anak petani. Almarhum ayah menanam beberapa pohon jengkol di kebun belakang rumah. Awalnya ayah hanya menjual jengkol mentah tapi karena pendapatan sangat kecil maka ibu berinisiatif untuk mengolah jengkol tersebut menjadi sebuah keripik," katanya kepada Warta Ekonomi di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Gadis asal Sumedang, Jawa Barat, ini merasa terpanggil untuk ikut memasarkan produk keripik jengkol buatan si ibu. Apalagi, pada tahun 2014 sang ayah meninggal dunia sehingga ibu harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Imas yang saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) membawa keripik jengkol tersebut ke sekolah untuk dijajakan kepada teman-temannya. Dengan ikut memasarkan produk, Imas berharap bisa turut membantu meringankan beban orang tuanya. Ia berusaha untuk menjadi anak mandiri dengan mencari penghasilan sendiri dan tidak meminta ongkos serta uang jajan sekolah kepada orang tua.

Tapi sayang, anak bungsu dari empat bersaudara ini justru mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari teman-teman sekolahnya. Banyak orang yang menghina dan meledek Imas karena menganggap keripik jengkol merupakan produk murahan.

"Saya sering diremehkan. Dibilang kalau jengkol itu bau," ujarnya.

Baca Juga: TBS, Program Unggulan Blibli Optimalkan Potensi UMKM Indonesia

Imas tidak langsung putus asa ketika mendapat perlakuan tak baik tersebut. Ia justru merasa tertantang untuk bisa mengubah mindset masyarakat agar menganggap jengkol sebagai produk berkelas dan elegan. Ia juga menginginkan agar produk olahan jengkol bisa naik kelas dan diterima oleh semua kalangan.

"Ibu saya bisa menyekolahkan kakak-kakak saya hingga lulus SMA dari hasil penjualan keripik jengkol ini. Di situlah saya berpikir, kalau ibu bisa maka saya tentu juga bisa mengembangkan usaha keripik jengkol ini lebih besar lagi," katanya.

Kesempatan untuk mengembangkan usaha keripik jengkol sang ibu datang ketika Imas ditawari untuk ikut program The Big Start Season 2 yang diselenggarakan oleh Blibli.com. Imas yang saat itu masih berstatus sebagai pelajar SMA tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Bekerja Keras

Pada tahun 2017 Imas mengikut program The Big Start Season 2. Ia mengatakan dirinya sempat tak percaya diri ketika melihat produk para peserta lain yang dinilainya sangat bagus. Adapun, produk keripik jengkol buatan Imas hanya dikemas tradisional dengan menggunakan plastik dan stiker murahan.

"Awalnya saya malu-malu saat ikut program The Big Start Season 2, tapi saya memberanikan diri. Saya bertekad untuk mengubah mindset masyarakat agar produk keripik jengkol tidak lagi dianggap sepele, tak dianggap makanan murahan, dan tidak dianggap kampungan," tekadnya.

Sebagai peserta di TBS Season 2 ia pun dibekali dengan berbagai macam pengetahuan dan pelatihan tentang cara mengelola dan mengembangkan bisnis. Ia juga mendapat pendampingan dan pembinaan dari mentor yang disediakan oleh pihak Blibli. Saat itu mentor yang mendampingi Imas adalah Daniel Mananta yang merupakan founder DAMN I Love Indonesia!

"Alhamdulillah saya bisa ikut program TBS karena di sana kami diajarkan cara mengelola bisnis, pemasaran, mengelola keuangan, dan lain-lain. Pengalaman ikut program ini sangat berharga dan sepertinya tidak akan pernah bisa didapatkan di tempat lain," sebutnya.

Salah satu hal pertama yang dilakukan oleh Daniel Mananta adalah membantu Imas dalam melakukan perbaikan di kemasan (packaging). Imas mengatakan Daniel Mananta sendiri yang menyiapkan desain di kemasan baru tersebut. Kemudian kemasan yang sebelumnya berupa plastik kini diganti dengan bahan berupa paper bag sehingga memberi kesan lebih modern.

"Pak Daniel menyarankan saya untuk memperbaiki packaging karena waktu itu masih pakai plastik. Perbaikan desain kemasan dibantu langsung oleh Pak Daniel Mananta," tuturnya.

Membuahkan Hasil

Tekad dan kerja keras Imas ternyata membuahkan hasil. Ia keluar sebagai juara III program The Big Start Season 2 dan berhak mendapatkan hadiah modal usaha senilai Rp200 juta. Ia mengatakan hadiah tersebut dipergunakan untuk mengembangkan bisnis keripik jengkol miliknya.

"Uang hadiah The Big Start dipergunakan untuk modal usaha. Salah satunya dengan membangun rumah produksi. Saya juga merekrut karyawan tetap sebanyak dua orang. Tapi kalau sedang kebanjiran order saya juga menambah karyawan sementara sesuai dengan kebutuhan produksi," jelasnya.

Sebelum mengikuti program The Big Start, Imas hanya bisa menjual maksimal 50 pcs keripik jengkol selama sebulan. Kini ia bisa menjual produk keripik jengkol hingga mencapai 3.000 pcs sebulan dengan omzet mencapai Rp30 juta.

"Dulu penjualan Oyoh Jengkol maksimal 50 bungkus sebulan. Sekarang minimal 1.000 bungkus. Kalau lagi ramai bisa mencapai 3.000 bungkus sebulan," pungkasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement