Sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang dibuat oleh para peneliti di University of California telah memecahkan Rubik's Cube hanya dalam waktu satu detik. Algoritma yang disebut DeepCubeA tersebut menyelesaikan teka-teki logika 3D yang telah dimainkan manusia sejak ditemukan pada 1974 lalu.
Penulis laporan DeepCubeA, Prof Pierre Baldi menyatakan algoritma belajar dengan sendirinya. Para peneliti mencatat strateginya sangat berbeda dari cara manusia menangani puzzle.
"Tebakan terbaik saya adalah bahwa bentuk penalaran AI benar-benar berbeda dari manusia," kata Prof Baldi yang merupakan profesor ilmu komputer di University of California, Irvine.
Baca Juga: Setelah Claire Stapleton, Ahli AI Google Meredith Whittaker Pun Resign
Studi mereka dipublikasikan di Nature Machine Intelligence, dan menunjukan algoritma mampu memproses 10 miliar kombinasi yang berbeda dari teka-teki, dan ditargetkan untuk memecahkan semua kode dalam 30 gerakan.
Algoritma kemudian memproses 1.000 kombinasi dan berhasil menyelesaikan semuanya, menemukan jalan terpendek ke solusi dalam 60% waktu yang diberikan. Jika manusia mampu memecahkan puzzle dengan cepat umumnya membutuhkan sekitar 50 gerakan, sistem AI menyelesaikannya dalam rata-rata 28 gerakan.
Algoritma komputer bukan yang pertama menjadi yang tercepat dalam memecahkan teka-teki. Capaian itu pertama kalinya dilakukan oleh sistem yang dirancang di Massachusetts Institute of Technology, dijuluki algoritma min2phase, yang memecahkan teka-teki tiga kali lebih cepat.
Tetapi yang terpenting, sistem itu tidak menggunakan jaringan saraf - yang meniru cara kerja otak manusia - atau teknik pembelajaran mesin dan diprogram hanya untuk memecahkan teka-teki. Pada tahun 2018, para peneliti membangun robot yang memecahkan teka-teki dalam 0,38 detik. Mereka menciptakan sistem yang mengajarkan dirinya sendiri untuk menyelesaikan tantangan.
"Solusi untuk Rubik's Cube melibatkan pemikiran simbolis, matematis dan abstrak, sehingga mesin pembelajaran yang mendalam dapat memecahkan teka-teki seperti itu, mereka semakin mendekati menjadi suatu sistem yang dapat berpikir, beralasan, merencanakan, dan membuat keputusan," tambah Prof Baldi.
"Bagaimana kita menciptakan AI canggih yang lebih pintar, lebih kuat dan mampu menalar, memahami, dan merencanakan? Pekerjaan ini merupakan langkah menuju sasaran yang besar dan kuat ini," tambah dia.