Jumat 19 Jul 2019 14:15 WIB

Jokowi Berharap Blok Masela Bisa Mendorong Industri Turunan

Proyek Blok Masela akan memberikan kontribusi yang signifikan di Indonesia Timur

Red: Nidia Zuraya
Menteri ESDM Ignasius Jonan, Kepala SKK Migas Dwi Sucipto, dan CEO Inpex Takayuki Ueda usai menemui Presiden Jokowi untuk membahas Blok Masela, Selasa (16/7).
Foto: Republika/Sapto Andiko Condro
Menteri ESDM Ignasius Jonan, Kepala SKK Migas Dwi Sucipto, dan CEO Inpex Takayuki Ueda usai menemui Presiden Jokowi untuk membahas Blok Masela, Selasa (16/7).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) proyek LNG Lapangan Abadi di Blok Masela dapat mendorong lahirnya industri turunan. Salah satu industri turunan yang diharapkan bisa tercipta adalah petrokimia.

"Ini adalah sebuah investasi yang sejak kita merdeka, ini investasi yang paling besar dan dari sisi dampak nantinya itu bisa ratusan ribu yang bekerja di sana apabila dikembangkan ke derivatif di bawahnya seperti (industri-industri) petrokimia," kata Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta, Jumat (19/7).

Baca Juga

Penandatanganan revisi PoD Proyek Minyak dan Gas Blok Masela Kepulauan Tanimbar Maluku sudah dilakukan pada pekan lalu. Pada Selasa (16/7), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dengan didampingi Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Mulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menyerahkan PoD Lapangan Abadi, Blok Masela kepada Presiden Joko Widodo.

Inpex Masela Ltd., anak usaha Inpex Corporation, akan membangun kilang gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) darat dengan kapasitas 9,5 juta ton per tahun dan gas bumi sebesar 150 MMSCFD. Proyek ini diperkirakan beroperasi pada 2027.

`

CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menuturkan, Inpex mengklaim proyek Lapangan Abadi di Blok Masela akan memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi pendapatan Indonesia sampai dengan 153 miliar dolar AS atau setara Rp2.142 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar AS) hingga akhir fase produksi pada 2055 mendatang.

"Ini yang saya sampaikan terus, akan kita kawal dan kita harapkan konstruksi bisa segera dimulai sehingga sesuai jadwal. Nanti tahun 2027 sudah bisa beroperasi dengan baik, dampak nanti ''capital inflow'', uang masuk, modal masuk ke Indonesia akan memberikan dampak juga ke ekonomi kita," tambah Presiden.

Presiden juga meminta agar Inpex sebagai pihak yang membangun kilang untuk menggunakan muatan lokal sebesar mungkin.

"Saya sudah sampaikan kemarin kepada Inpex, saya minta ''local content'' setinggi-tingginya, penggunaan tenaga kerja karyawan dari daerah lokal dan Indonesia juga sebanyak-banyaknya," tegas Presiden.

Menurut Jonan, pembangunan Lapangan Abadi akan dapat menyerap 30 ribu tenaga kerja langsung maupun pendukung dan saat beroperasi akan menyerap tenaga kerja antara 4.000 sampai 7.000 orang termasuk pembangunan industri petrokimia.

Sebagai tambahan atas persetujuan revisi PoD, Pemerintah juga menyetujui permohonan untuk alokasi tambahan waktu selama 7 tahun dan perpanjangan Production Sharing Contract (PSC) Wilayah Kerja atau Blok Masela selama 20 tahun hingga 2055.

Selanjutnya, Inpex akan terus bekerja bersama Shell sebagai mitra kerja untuk memulai aktivitas persiapan yang diperlukan dalam rangka melaksanakan kegiatan Front End Engineering Design (FEED).

Dengan mulainya proyek ini, pemerintah Indonesia akan menerima investasi sekitar 39 miliar dollar AS dan Inpex sekitar 37 miliar dolar AS. Angka tersebut sudah termasuk 10 persen milik daerah, sehingga Inpex dan Shell hitungannya bisa terima 33,3 miliar dolar AS. Potensi ini masih bisa dioptimalkan dari dampak berganda seperti industri petrokimia dan potensi investasi 5 miliar dolar AS di daerah tersebut.

Proyek Lapangan Abadi adalah proyek pengembangan LNG skala besar terintegrasi pertama yang dioperasikan oleh Inpex di Indonesia sebagai operator, sesudah Proyek LNG Ichthys di Australia.

Jumlah output gas alam di Lapangan Abadi sebesar 10,5 juta ton per tahun, mencakup sekitar 9,5 juta ton gas alam cair/LNG per tahun, dan memasok penyediaan gas untuk lokal melalui jalur pipa. Untuk kondensatnya, mencapai sekitar 35.000 setara barel minyak per hari.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement