Selasa 30 Jul 2019 13:36 WIB

Energi Surya Bisa Jadi Solusi Penyediaan Listrik Masa Depan

Potensi teknis listrik surya atap pada rumah di 34 provinsi mencapai 655 GWp.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Seorang warga melintas di bawah panel surya Terminal Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/1/2019). Pemerintah melalui Kementerian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap terpasang satu juta unit dalam empat tahun atau sampai tahun 2023 dengan kapasitas ditargetkan mencapai satu gigawatt.
Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.
Seorang warga melintas di bawah panel surya Terminal Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/1/2019). Pemerintah melalui Kementerian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap terpasang satu juta unit dalam empat tahun atau sampai tahun 2023 dengan kapasitas ditargetkan mencapai satu gigawatt.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Institute for Esential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, energi surya dapat menjadi solusi penyediaan listrik yang berkelanjutan, aman, dan kompetitif, bagi Indonesia. Indonesia memiliki potensi listrik dari energi surya yang cukup besar.

"Indonesia memiliki potensi listrik dari energi surya yang cukup besar yang dapat memenuhi kebutuhan listrik di masa depan dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atas tanah maupun PLTS atap," ujar Fabby dalam Pemaparan dan Studi Panel Percepatan Pengembangan Energi Surya di Indonesia bertajuk "Solar Day 2019: Chasing The Sun" di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (30/7).

Dalam Solar Day 2019: Chasing The Sun, IESR meluncurkan empat kajian terkait rekomendasi pengembangan energi surya skala besar di Indonesia. Kajian juga mencakup potensi teknis untuk rumah tangga, studi pasar, serta potensi teknis bangunan publik di dua kota metropolitan di Indonesia yakni Jabodetabek dan Surabaya.

Fabby berharap kajian ini dapat memberikan masukan kepada pelaku usaha dan pemerintah untuk mendorong peningkatan pemanfaatan energi surya di Indonesia. Fabby menilai Indonesia memilikit potensi pasar pengguna listrik surya yang cukup besar pada rumah tangga, bangunan komersial, bangunan pemerintah dan industri.

Kata Fabby, tren biaya pembangkitan tenaga listrik dari sinar matahari yang semakin murah dan kompetitif. Ini membuat listrik surya dapat bersaing dengan pembangkit-pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil.

Salah satu peneliti IESR, Hapsari Damayanti, menyampaikan berdasarkan kajian yang dilakukan IESR, potensi teknis listrik surya atap (rooftop solar) pada bangunan rumah di 34 provinsi Indonesia mencapai 194 sampai 655 Gigawatt-peak (GWp). Hapsari menyebutkan, dari jumlah total rumah tangga di Indonesia, terdapat 17,8 persen rumah tangga yang memiliki kemampuan finansial untuk memasang perangkat listrik surya atap, yang diperkirakan dapat mencapai kapasitas 34 sampai 116 GWp.

"Jumlah ini merupakan potensi pasar listrik tenaga surya yang dapat dijangkau dalam beberapa tahun ke depan," kata Hapsari. 

Hasil ini menjadi informasi penting bagi pengambil kebijakan di bidang energi, PLN, dan pelaku bisnis di bidang energi surya lain bahwa potensi listrik energi surya yang sangat besar sesungguhnya dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai solusi penyediaan energi yang berkelanjutan. Ini juga solusi dan sumbangan Indonesia terhadap 

upaya mengatasi krisis perubahan iklim yang mengancam dunia.

"Ini baru potensi listrik surya atap rumah, tidak termasuk bangunan lain dan PLTS di atas tanah. Dengan potensi energi surya yang sedemikian besar, Indonesia sesungguhnya dapat memenuhi 100 persen listrik di masa depan dari energi terbarukan," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement