EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong memastikan, pemerintah terus mendorong pemerataan pertumbuhan investasi, terutama di luar Pulau Jawa. Tidak hanya melalui investasi dengan orientasi ekspor barang, BKPM juga mendorong ekspor jasa yang kini semakin banyak dilakukan di berbagai industri, khususnya industri ekonomi digital dan kreatif yang bersifat lintas batas dan negara.
Thomas menekankan, ekspor jasa yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan oleh Indonesia adalah melalui sektor pariwisata. Setiap kali ada wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia, mereka akan mengonsumsi produk maupun layanan di Indonesia dengan rupiah.
"Ini adalah devisa hasil ekspor jasa," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (30/7).
Di sektor pariwisata, Thomas menekankan, pemerintah fokus pada pengembangan empat destinasi super prioritas yang sudah ditetapkan. Destinasi itu adalah Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika dan Labuan Bajo. Pada tahun depan, ditargetkan utilitas dasar, fasilitas dan infrastruktur di empat tempat tersebut sudah terbangun serta dapat diakses.
Thomas menjelaskan, salah satu contoh perhatian pemerintah terhadap empat destinasi prioritas tersebut adalah membentuk badan gabungan dari kedua negara, yakni Indonesia-Singapore Business Council. Langkah ini berangkat atas gagasan Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. "Kami mendorong pelaku perhotelan yang sedang mengembangkan resort investasi pariwisata di Labuan Bajo," katanya.
Di sisi lain, Thomas menambahkan, pemerintah juga fokus mengembangkan sentra yang berorientasi ekspor barang. Misalnya, smelter nikel yang ingin produksi stainless steel untuk ekspor di Morowali. BKPM berkomitmen untuk membantu segala hal yang dapat dilakukan untuk terus mendorong perkembangan di daerah tersebut.
Tapi, melihat tren yang ada, Thomas menuturkan, ekspor jasa patut menjadi prioritas. Beberapa negara sudah melakukannya, seperti Filipina yang kini telah mengembangkan ekspor berupa outsource atau tenaga kerja. Nilainya mencapai lebih dari 20 miliar dolar AS per tahun atau Rp 300 triliun yang menjadi devisa.
"Outsource itu untuk jadi tenaga kerja di akuntansi ataupun back office lain," ucapnya.
Oleh karena itu, Thomas menambahkan, pemerintah harus segera mengembangkan terobosan baru. Saat ini, mungkin industri yang mengirimkan outsource sudah ada, namun masih dalam skala kecil dan menengah.
Yang sudah ada saat ini adalah ekspor jasa di sektor industri animasi dan video game, tepatnya di Yogyakarta. Menurut Thomas, beberapa anak mudah sudah mengirimkan karya mereka berupa animasi dan ilustrasi ke Eropa maupun Amerika. Selain itu, ada juga studio graphic computer di Batam yang mengirimkan jasa ke Amerika untuk film Hollywood.
"Sekarang semakin banyak yang dikerjakan anak muda dan saya yakin dapat semakin berkembang," ujarnya.