Selasa 13 Aug 2019 09:51 WIB

ADB: Indonesia Perlu Contoh Singapura Kembangkan Manufaktur

Manufaktur Singapura manfaatkan teknologi untuk tingkatkan efisiensi.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Kontribusi Manufaktur
Kontribusi Manufaktur

EKBIS.CO, JAKARTA -- Asian Development Bank (ADB) menyarankan agar pemerintah Indonesia bisa mencontoh sejumlah negara yang telah berhasil mengembangkan industri manufaktur. Langkah ini sejalan dengan perkembangan inovasi dan teknologi di Indonesia.

Perwakilan ADB Mike Gregory mengatakan beberapa negara sudah mengembangkan industri manufaktur yang dibarengi dengan inovasi dan teknologi. Bahkan output manufaktur di sejumlah negara tersebut diperkirakan terus meningkat hingga 35 persen pada 2026.

Baca Juga

"Di Australia manufakturnya meningkat antara 25 persen sampai 35 persen pada 2026. Mereka sesuaikan dengan inovasi, produknya, prosesnya, supply chain and delivery," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (13/8).

Begitu juga dengan Singapura, pada 2024 produktivitas pekerjanya diprediksi meningkat hingga 30 persen. Output manufaktur Singapura juga diprediksi naik hingga 15 persen sampai 20 persen pada 2024. 

"Efisiensi yang dilakukan perusahaan lokalnya naik 30 persen karena meningkatkan teknologi," katanya

Menurutnya andil industri manufaktur merupakan yang terbesar bagi perekonomian domestik. Setidaknya respons kebijakan harus dialamatkan untuk riset dan pengembangan, infrastruktur, kapasitas teknologi, keamanan dan berbagai standar lainnya. 

Gregory menambahkan kebijakan pemerintah yang tepat dapat mendorong industri manufaktur. Semisal sistem yang terintegrasi, sistem hukum yang lebih fleksibel, meningkatkan riset dan pengembangan, serta menyatukan dunia industri dan akademisi. 

"Diperlukan keragaman kebijakan yang disesuaikan dengan keperluan," kata dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri manufaktur besar, sedang, maupun kecil melambat pada kuartal II 2019. Hal ini sejalan dengan kondisi global maupun ekspor yang juga mengalami perlambatan. 

Selama kuartal dua 2019, produksi manufaktur besar dan sedang sebesar 3,62 persen, melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,45 persen. Sementara itu, industri mikro dan kecil mencatatkan pertumbuhan produksi yang lebih tinggi dibandingkan industri besar dan sedang, yaitu sebesar 5,52 persen. Angka ini juga melambat jika dibandingkan dengan kuartal dua 2018 yang tumbuh 6,88 persen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement