EKBIS.CO, MEDAN -- Petani sekaligus eksportir salak madu asal daerah Tiga Johar, Kabupaten Deli Serdang mampu membawa buah asli Indonesia tembus pasar ekspor untuk pertama kalinya.
"Kita patut apresiasi prestasi yang demikian, kita bantu dari sisi informasi dan pemenuhan phytosanitarynya," ungkap Ali Jamil, Kepala Barantan saat melepas perdana ekspor salak madu dari Deli Serdang ke Thailand di Kantor Karantina Pertanian Medan di Kualanamu, Selasa (27/8), seperti dalam siaran persnya.
Setelah berbagai daerah mampu melakukan ekspor salak ke mancanegara seperti petani salak asal Yogyakarta, Denpasar dan Semarang, sekarang giliran petani di Kabupaten Deli Serdang yang mempu membawa buah bernama latin Salacca edulis ke pasar luar negeri.
Dedi Juliardi, direktur CV. Sinar Ponti sebagai petani sekaligus eksportir mengaku senang, atas dukungan dari Kementan, harga pasar ekspor bisa jauh lebih tinggi dibandingkan harga lokal. Dari informasi harga ekspor bisa mencapai Rp 68 ribu per kilogram (kg) sedangkan pasar lokal sekitar Rp 20 ribu per kg.
Menurut Jamil, pihaknya sesuai dengan tugasnya memastikan produk pertanian ini memiliki daya saing dan diterima sesuai persyaratan ekspornya.
Inovasi layanan untuk percepatan proses bisnis ekspor
Target pemeriksa karantina pada buah salak salah satunya adalah terhadap lalat buah ( Bactrocera spp ). Jenis hama lalat buah yang menjadi perhatian utama untuk negara Thailand, sebagai negara tujuan ekspor perdana kali ini.
Pemeriksaan dilakukan oleh petugas di laboratorium yang telah terakreditasi secara internasional. "Selaku otoritas karantina, Barantan menjadi penjaminnya," jelasnya.
Selain itu layanan pemeriksaan ekspor juga dilakukan dengan sistem jemput bola, yaitu pemeriksaan di tempat pemilik, rumah kemas tujuannya agar meningkatkan efektifitas dan mempercepat arus barang saat di bandara atau pelabuhan.
Menurutnya, jika diperlukan, petugas karantina juga dapat memberi pelatihan bagi petani maupun rumah kemas agar produknya terhindar dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) sesuai yang dipersyaratkan negara tujuan, sehingga mengurangi reject saat penyortiran.
"Untuk budidaya dan penerapan good farming practice kita juga bekerjasama dengan instansi terkait di daerah supaya kita dorong bersama, kita kibarkan merah putih di berbagai negara," tandasnya.
Dari data Kementerian Pertanian, ekspor buah salak terus meningkat. Pada tahun 2017 tercatat hanya mencapai 965 ton, sedangkan pada 2018 ekspornya mencapai 1.200 ton atau senilai Rp. 19,7 miliyar. Dengan tujuan ekspor ke lebih dari 30 negara mitra dagang, seperti China, New Zealand, Saudi Arabia, Singapura dan Belanda.
Selain melepas 400 kg salak ke Thailand, bersama H Ashari Tambunan, Bupati Kabupaten Deli Serdang, Jamil juga melepas berbagai komoditas ekspor dari Medan, seperti bambu, rempah-rempah, kopi, bunga potong, daun jambu dan sirsak, ubi jalar, getah pinus, sarang burung walet dan gigi taring babi ke berbagai negara seperti ke Jepang, Jerman, Korea Utara, Australia, Kamboja, Vietnam, Hongkong, Inggris, Amerika Serikat, China dan Rusia dengan total nilai Rp 131,3 miliar.
Ekspor buah salak dari Deli Serdang.
Karantina Medan giatkan program Agro Gemilang
Hafni Sahara, Kepala Karantina Pertanian Medan menambahkan bahwa, pihaknya mendorong masyarakat terutama calon eksportir baru dari kalangan millenieal agar mau mengambil bagian menjadi eksportir komoditas pertanian.
Lewat program Agro Gemilang, Karantina Medan memberikan berbagai informasi dan bimbingan agar calon eksportir baru mudah memahami persyaratan sanitary dan phytosanitary (SPS) dari negara tujuan.
Ia juga menyampaikan bahwa peta komoditas pertanian ekspor (iMace) yang selama ini diberikan pada pemerinrah daerah, informasi umumnya juga bisa didapatkan di kantor layanan Karantina Pertanian Medan.