Jumat 30 Aug 2019 08:24 WIB

Pentingnya Milenial Melek Asuransi dan Investasi

Tingkat literasi keuangan generasi milenial termasuk rendah.

Red: Budi Raharjo
(dari Kiri) Wakil Pemimpin Redaksi Republika Nur Hasan Murtiaji berbincang bersama Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Ihsanuddin, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Sondang Martha, Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani, Sharia, Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo dan Direktur Reksadana Manulife Ezra Nazula saat seminar tatap masa depan di Jakarta, Kamis (29/8).
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Investasi

Gaya Hidup Milenial

Sharia, Government Relations, and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo menegaskan pentingnya berasuransi. Menurut dia, gaya hidup milenial saat ini cenderung tidak sehat dan banyak menimbulkan penyakit. Setiap bulan, ujar Nini, milenial menghabiskan Rp 1 juta untuk ngopi dan Rp 3,2 juta untuk memenuhi gaya hidup lainnya.

Akibatnya, berdasarkan data Prudential Indonesia, jumlah klaim penyakit serius seperti serangan jantung makin meningkat tiap tahunnya, terutama di kalangan usia muda. "Prudential pada 2018 membayar klaim Rp 12,3 triliun, angka klaim usia milenial hampir Rp 500 miliar yang jumlahnya 40 ribu orang," ujar Nini.

Data tersebut membuktikan bahwa generasi milenial penting untuk melakukan proteksi finansial. Karena apabila mengalami penyakit serius, tabungan dan investasi pun akan habis, bahkan dapat mengalami kebangkrutan.

Nini menyarankan agar generasi milenial yang sudah memiliki penghasilan untuk menabung. Selanjutnya baru berasuransi dengan menyisihkan sekitar 10 persen dari penghasilan. Namun, ia tidak menyarankan untuk berasuransi jika kebutuhan dasar belum terpenuhi dan tidak memiliki tabungan. Tahap selanjutnya adalah memulai berinvestasi.

"Karena kalau tidak punya asuransi, nanti tiba-tiba sakit keras, tabungan dan investasi jadi harus digunakan. Kalau punya asuransi, tabungan dan investasi tidak akan tersentuh," kata Nini.

Ekonom Senior Aviliani yang juga hadir dalam diskusi menegaskan pentingnya milenial menahan jajan demi berinvestasi dan berasuransi. Hal itu penting untuk mempersiapkan masa pensiun.

"Asuransi wajib, terutama untuk hari tua, biasanya umur 58 sudah masa pensiun. Kalau sudah tidak bisa produktif maka hidup akan bergantung pada simpanan," kata Aviliani.

Menurut Aviliani, kalangan milenial pun harus benar-benar mempelajari dan mengerti kompetensi yang mereka miliki. Karena setelah melewati usia produktif dan memasuki masa-masa pensiun, kompetensi tersebut yang dapat memberikan penghasilan. "Itu juga tidak sebesar saat bekerja. Makanya perlu asuransi untuk hari tua," kata Aviliani.

Direktur & Chief Investment Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula memberikan sejumlah tip untuk memulai berinvestasi. Cara pertama, yakni dengan menabung terlebih dahulu sebelum berbelanja. "Biasanya belanja dulu, kenapa enggak menabung dulu saja? Terima gaji, sisihkan untuk menabung lalu sisanya dibelanjakan," ujar Ezra.

Selain itu, ia menyarankan kalangan milenial berhemat dalam mengonsumsi jajanan. Menurut perhitungannya, seseorang bisa menghemat sekitar Rp 20 ribu per hari jika membuat sarapan sendiri. Dengan begitu, uang yang bisa didapat selama 10 tahun sebesar Rp 73 juta.

Jumlah tersebut akan meningkat apabila dana dari jajan tersebut diinvestasikan di reksa dana. "Untuk produknya, reksa dana dapat menjadi pilihan karena investasi awalnya bisa dimulai dengan Rp 10 ribu," ujar dia. n idealisa masyrafina, ed: satria kartika yudha

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement