EKBIS.CO, BANDUNG — PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan terus melanjutkan perjuangan Presiden Ketiga RI BJ. Habibie untuk mengembangkan industri pesawat dalam negeri. Pengembangan pesawat N219 menjadi penerus mimpi Habibie memajukan industri dirgantara Indonesia.
Plt. Corporate Secretary PTDI Irlan Budiman mengatakan, saat ini PTDI sedang mengembangkan pesawat N219. Diharapkan, pesawat ini bisa segera dikomersilkan.
“Kita meneruskan cita-cita Pak Habibie dengan mengembangakn pesawat N219. Targetnya tahun ini sertifikasi bisa terpenuhi dan bisa diproduksi tahun depan,” kata Irlan di PTDI, Kota Bandung, Kamis (12/9).
Irlan menuturkan N219 merupakan pesawat yang dibuat menyesuaikan kondisi Indonesia. Pesawat ini didesain untuk menyasar wilayah-wilayah kecil di Indonesia. Dengan kecanggihannya, N219 bisa mendarat di landasan yang tidak beraspal.
Pengembangan N219, kata dia, didasarkan pada hasil riset untuk memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia. Sebagai sarana transportasi penghubung daerah terpencil.
“Sekarang sedang dalam proses sertifikasi untuk salah satunya harus memenuhi 300 jam terbang,” ujarnya.
Irlan berharap pengembangan N219 bisa mewujdukan cita-cita Habibie agar Indonesia bisa menjadi negara yang memproduksi pesawat terbang secara massal. Habibie semasa hidupnya percaya bahwa anak bangsa bisa bersaing dengan megara lain dalam urusan teknologi.
“Ini meneruskan semangat Pak Habibie dimana Indonesia harus mampu membuat pesawat terbang dimana saat ini N219 juga jadi wadah pelajaran bagi engineering muda. Prosesnya belajar bagaimana membuat pesawat sendiri maka kita buat pesawat N219,” harapnya.
Manager Komunikasi Perusahaan dan Promosi PTDI Adi Prastowo menambahkan saat ini ada dua prototype N219 yang sudah dibuat dan dalam proses sertifikasi. Namun, penjajakan untuk mengkomersilkan N219 sudah dimulai sejak sekarang.
Adi mengatakan, pihaknya sudah menawarkan N219 terutama pada kepala-kepala daerah yang terletak di pelosok Indonesia. Sebab, pesawat ini memang didesain untuk memudahkan transportasi di medan terpencil.
“N219 ini pesawat ringan yang bisa take off dan landing di jarak yang cukup pendek. Dia bisa landing dan take off di landasan yang bukan aspal, bisa dirumput. Jadi pesawat N219 ini cocok untuk daerah terpencil yang nggak punya bandara,” tambah Adi.
Pesawat karya anak bangsa ini dijual seharga 6 juta dolar AS. Beberapa kepala daerah dikatakannya sudah tertarik membeli untuk memenuhi kebutuhn alat transportasi di daerahnya. Diharapkan, pada tahun depan N219 bisa diproduksi secara massal untuk kebutuhan komersil.
“Memang pasar utamanya ke lokal. Tapi keluar negeri kita tawarkan juga,” ucapnya.
Semasa hidupnya Habibie pernah memimpin PTDI yang kala itu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Di bawah kepemimpinannya mengudara mahakaryanya pesawat N250 yang menjadi pesawat tercanggih di kelasnya pada saat itu. Namun, mimpi Habibie harus terkubur seiring Indonesia yang mengalami krisis moneter sehingga pengembangan N250 pun dihentikan sebelum bisa diproduksi massal.