Senin 30 Sep 2019 17:54 WIB

Bursa Nasdaq Perketat Aturan IPO Perusahaan Asal Cina

Sebagian saham perusahaan Cina yang IPO di Nasdaq dikuasai investor Cina.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Nasdaq
Nasdaq

EKBIS.CO,  LOS ANGELES -- Bursa saham National Association of Securities Dealers Automated Quotations (NASDAQ) memperketat penawaran umum saham perdana (IPO) sejumlah perusahaan Cina berskala kecil. Upaya ini dilakukan dengan memperlambat persetujuan transaksi dari bursa tersebut. Kondisi tersebut disampaikan eksekutif perusahaan dan para bankir investasi yang dilansir di Reuters, Senin (30/9).

Upaya Nasdaq untuk membatasi transaksi di bursa saham dilakukan karena semakin banyak dari perusahaan tersebut yang lebih memilih meningkatkan sebagian besar modal IPO dari sumber pendanaan asal Cina, bukan dari investor AS. Nasdaq menilai, perdagangan saham sebagian besar perusahaan Cina itu tidak cocok diperdagangkan di bursa saham AS. Sebab, kebanyakan dari mereka justru dikuasai oleh ‘orang dalam’ atau investor Cina. 

Likuiditas perusahaan juga rendah, membuat mereka tidak menarik bagi banyak investor institusi besar seperti yang ditargetkan Nasdaq. Misalnya, sebuah jaringan perusahaan farmasi online Cina, 111 Inc. Perusahaan mendatangkan 100 juta dolar AS dalam IPO-nya di Nasdaq pada tahun lalu. Namun, saham utamanya itu dijual ke koneksi eksekutif perusahaan. Hal ini disampaikan CEO 111, Liu Junling seperti dikutip Reuters dalam sebuah wawancara.

Inkubator influencer digital Ruhnn Holding Ltd, penyedia jasa pendidikan pasca sekolah Puxin Ltd dan produsen produk hewan peliharaan Dogness International Corp merupakan contoh lain. Mereka merupakan perusahaan Cina yang terdaftar di Nasdaq dalam dua tahun terakhir dengan kondisi lebih banyak investor dari Cina dibandingkan AS. Ketiga perusahaan ini belum memberikan komentar.

Juru bicara Nasdaq mengatakan, satu kualitas kritis dari pasar modal mereka adalah memberikan akses yang tidak diskriminatif dan adil. Persyaratan ini berlaku untuk semua perusahaan yang memenuhi syarat.

"Wajib hukumnya bagi semua transaksi ekuitas di AS untuk menciptakan pasar yang dinamis, beragam peluang investasi bagi investor AS," katanya.

Juru bicara Nasdaq menolak berkomentar secara khusus mengenai dampak dari perubahan ini terhadap perusahaan kecil Cina. Di tengah ketegangan yang meningkat antara AS dengan Cina mengenai isu perdagangan dan teknologi, pembatasan Nasdaq terhadap perusahaan IPO kecil Cina merupakan titik ‘terbaru’ dalam hubungan dua ekonomi terbesar dunia.

Sebelumnya, saham perusahaan Cina yang terdaftar di AS turun tajam pada Jumat (27/9), menyusul laporan bahwa White House mempertimbangkan penghapusan perusahaan Cina dari bursa saham AS. Tapi, seorang pejabat Departemen Keuangan AS mengatakan pada Sabtu (28/9), pemerintah belum mempertimbangkannya.

Salah seorang sumber yang dekat dengan Nasdaq mengatakan, perubahan pada aturan pencatatan bursa bukanlah hasil diskusi dengan White House. Juru bicara White House menolak mengomentari kebijakan baru Nasdaq.

Pada Juni, anggota parlemen AS memperkenalkan rancangan undang-undang yang akan memaksa perusahaan Cina yang terdaftar di bursa saham AS untuk tunduk kepada pengawasan peraturan. Termasuk, menyediakan akses ke audit atau menghadapi delisting.

Pada tahun lalu, Oktober 2018, Nasdaq sebenarnya sudah mengusulkan untuk mengubah aturan listing. Perubahan tersebut mulai berlaku pada bulan lalu.

Aturan listing Nasdaq yang baru telah meningkatkan persyaratan volume perdagangan rata-rata untuk sebuah saham. Aturan ini juga meminta setidaknya 50 persen pemegang saham perusahaan untuk berinvestasi masing-masing minimal 2.500 dolar AS dalam IPO.

Secara umum, perusahaan-perusahaan Cina telah mengumpulkan lebih dari 70 miliar dolar AS di pasar saham AS sejak tahun 2000, menurut Refinitiv. Perusahaan besar seperti raksasa e-commerce Alibaba Group Holding Ltd, Pingduoduo Inc dan JD.com Inc telah menarik investor pasar saham AS. Tidak sedikit juga perusahaan kecil yang telah terbukti tidak populer.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement