Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Perusahaan e-commerce yang sudah genap berusia 10 tahun, Tokopedia, rupanya memiliki peran dalam meningkatkan literasi digital, khususnya pada sektor keuangan digital. Hal tersebut disampaikan dalam riset yang dilakukan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Menurut Wakil Direktur LPEM FEB UI, Kiki Verico, hasil riset tersebut menunjukkan bahwa pengguna Tokopedia mengaku jika Tokopedia membuat harga lebih murah. Hal itu membuat pembeli lebih paham tentang investasi digital.
Baca Juga: Transaksi Tokopedia Akan Tembus Rp222 Triliun di Tahun 2019
"Dari hasil riset kami, populasi pengguna Tokopedia menyatakan bahwa Tokopedia membuat harga 21 persen lebih murah. Tidak hanya itu, Tokopedia juga membuat 79 persen pembeli menjadi lebih paham tentang produk investasi digital," ujar Kiki di Djakarta Theater, Kamis (10/10/2019).
Kiki, di sisi lain, mengatakan bahwa populasi penjual di Tokopedia mengalami kenaikan lebih dari 20 persen. Pada 2018, tercatat sebanyak 5 juta pengguna yang berperan sebagai penjual. Pada 2019, populasi penjual naik menjadi 6,4 juta. Para penjual di Tokopedia sebesar 86,55 persen merupakan pedagang baru dan 94 persen termasuk dalam kategori ultra mikro (penjualan dengan omzet di bawah Rp100 juta per tahun).
"Dari sisi pemberdayaan ekonomi, Tokopedia juga terbukti mampu meningkatkan penjualan hingga 22 persen. Beberapa daerah di luar Jawa, kenaikannya bahkan sangat signifikan. Gorontalo, misalnya, mencapai 55,09 persen, Jambi 41,88 persen, Sulawesi Utara 36,67 persen, Kalimantan Timur 35,71 persen, Lampung 34,27 persen," tambahnya.
Transaksi pun terjadi lintas wilayah Indonesia. Hampir 90 persen transaksi yang terjadi di kawasan Indonesia Timur berasal dari Barat sebanyak 56 persen dan Tengah sebanyak 33 persen. Untuk transaksi yang terjadi di Indonesia Tengah, berasal dari Barat sebanyak 54 persen dan Timur sebanyak 11 persen.
Riset LPEM FEB UI juga menyebutkan bahwa Tokopedia membuat para pengusaha mikro, kecil, dan menengah yang berada di daerah bisa membeli bahan baku produksi dengan harga lebih murah. Para "konsumen produktif" itu sebagian besar berada di luar Pulau Jawa, antara lain di Bengkulu sebanyak 54,5 persen, Sulawesi Tenggara 53,85 persen, Gorontalo sebanyak 46,15 persen, Nusa Tenggara Barat sebanyak 46,15 persen, dan Maluku sebanyak 45,45 persen.