EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) ikut terkena imbas ketidakstabilan ekonomi global. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja menyampaikan pertumbuhan kredit diproyeksi melambat hingga akhir tahun.
"Kredit trennya melambat sama, karena faktor global jadi memang melemah, jadi kita prediksinya konservatif juga," kata dia usai peluncuran nama entitas baru BCA Multi Finance, Jakarta, Jumat (11/10).
Jahja memprediksi pertumbuhan kredit sekitar 9-10 persen di akhir tahun. Meski tumbuh melemah, ia mengatakan tak ada pengaruh pada rasio kredit bermasalah. BCA mencatat NPL sekitar 1,4 persen.
BCA juga masih mencari sejumlah kredit sindikasi, khususnya untuk segmen infrastruktur. Namun demikian, hingga akhir tahun belum ada target sindikasi baru karena belum ada proyek-proyek besar.
"Kredit sindikasi biasanya tergantung ada proyek-proyek besar, belum ada, tapi kita pasti ikut," kata dia.
Jahja memastikan likuiditas BCA masih terlampau aman sehingga selalu siap salurkan kredit. Loan to Deposit Ratio (LDR) BCA tercatat di bawah 80 persen. Hal itu, salah satunya dipengaruhi oleh karakter BCA yang kuat di transaksi.
"Karena kita transactional banking jadi likuiditas terjaga terus," kata dia.
BCA juga memasang strategi spesialisasi di anak perusahaan. Menurutnya, BCA sebagai induk tidak bisa mengambil semua segmen. Jahja mengatakan anak perusahaan pun menyumbang cukup pada profit BCA.
Anak usaha dengan kontribusi terbesar adalah BCA Finance dengan profit sekitar Rp 1 triliun. Perusahaan dengan fokus kredit ke kendaraan roda empat itu menyumbang sekitar 2,5 persen ke profit induk.
Jahja mengatakan spesialisasi pada entitas anak bertujuan juga untuk pengelolaan karyawan yang lebih baik. BCA berkomitmen masuk ke berbagai segmen yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Masing-masing perusahaan anak didorong untuk menemukan kekhususannya. Misal BCA Finance untuk kredit kendaraan roda empat baru, BCA Multi Finance untuk kendaraan roda dua dan roda empat bekas.
"Kita dorong juga nanti untuk multiguna, karena ada kebutuhan di sana," kata Jahja.
BCA juga masuk di fintech melalui Central Capital Ventura (CCV) yang menanam modal di fintech KlikACC. Jahja mengatakan investasi memang belum terlalu besar karena regulasi masih membatasi.
Bank Royal Indonesia yang baru dibeli BCA juga akan mendapat spesialisasi. Jahja mengatakan peta jalannya masih dalam pembahasan dan diharapkan bisa lebih jelas pada tahun ini.