Selasa 15 Oct 2019 05:42 WIB

Suka Duka Gojek di Vietnam: Ditinggal Bos 2 Kali Hingga....

Di Vietnam, Gojek dihadapkan dengan banyak kerikil, khususnya di puncak manajemen

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Halang Rintang Gojek di Vietnam, dari Ditinggal Bos 2 Kali Hingga . . . .. (FOTO: Boxcar)
Halang Rintang Gojek di Vietnam, dari Ditinggal Bos 2 Kali Hingga . . . .. (FOTO: Boxcar)

Warta Ekonomi.co.id, --- Gojek fokus menguatkan pasar lokal sebelum mengaspal ke negeri tetangga, seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam untuk menjalankan bisnis berkelanjutan. Namun, di Vietnam, bisnis Gojek dihadapkan dengan banyak kerikil, khususnya di puncak manajemen perusahaan.

Belum lagi, terbatasnya layanan (hanya roda dua, pengiriman, dan pengantaran makanan). Untuk memiliki bisnis berkelanjutan di pasar Vietnam, Gojek harus bisa mengatasi kerikil-kerikil di atas aspal negara itu.

Sebab, pasar berbagi tumpangan di Vietnam jadi kunci bagi para pemain di wilayah itu. “Sektor berbagi tumpangan Vietnam diperkirakan bernilai US$4 miliar pada 2025, tumbuh rata-rata 38%,” tulis Google-Temasek dalam laporannya, menunjukkan potensi pasar yang besar di negara tersebut.

Baca Juga: Baru 5 Bulan Sudah Resign, Bos Go-Viet Kenapa?

Yang jadi masalah, Gojek hadir di sana ketika posisi Grab sudah kuat, layanannya telah menjangkau 43 provinsi dan kota. Bahkan, menurut lembaga riset ABI, Grab sudah menguasai 72,9% dari segi jumlah perjalanan.

Melansir Kr-Asia, masalah selanjutnya ada pada perilaku konsumen. “(Konsumen Vietnam) terbiasa dengan diskon, membuat para aplikator harus membakar uang untuk berkompetisi.”

Pada Agustus lalu, Go-Viet memperingati satu tahun operasional di Vietnam, mencatatkan lebih dari 100 juta perjalanan dengan 10,3% pangsa pasar; jauh sekali dari Grab. Belum lagi, kehadiran pemain lokal lain, seperti FastGo, Be, MyGo, dan Vato.

Perjalanan Go-Viet di atas Aspal Vietnam

Layanan roda empat Gojek di Vietnam tadinya akan mengaspal beberapa bulan setelah operasional mereka resmi dimulai. Sayangnya, rencana itu belum terwujud hingga saat ini. Padahal, diversifikasi layanan menjadi kunci bisnis Gojek.

Pun begitu dengan adaptasi Go-Viet dalam penggunaan uang digital sebagai sistem pembayaran, sedangkan pesaingnya sudah menawarkan layanan tersebut. Langkah Grab yang bermitra dengan Moca dapat diikuti oleh Go-Viet, tapi hingga saat ini belum ada kabar mengenai hal tersebut.

Bagaimana dari segi pengantaran makanan? Hingga Agustus, Go-Viet mengklaim mendominasi pasar pengiriman makanan daring Vietnam dari segi jumlah pedagang dan menu, perusahaan merangkul 70 ribu pedagang dan 1 juta menu. Itu menghasilkan pertumbuhan pesanan bulanan 25%-35%.

Sayangnya, Gofood baru tersedia di Kota Hanot dan Ho Chi Minh, sedangkan Grabfood dan Now.vn milik SEA sudah menjangkau lebih dari 15 kota. Go-Viet masih harus banyak berjuang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement