EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian gencar mendorong dinas pertanian dan para petani bawang merah di seluruh sentra produksi utama untuk melakukan pengaturan pola tanam antar-waktu dan antar-wilayah. Langkah tersebut untuk menyikapi kemungkinan terjadinya kondisi cuaca ekstrim yang lebih panjang dari biasanya.
Pengaturan pola tanam tersebut guna memastikan ketersediaan pasokan sepanjang tahun. Selain itu menjaga kestabilamharga di tingkat petani dan konsumenn. Penyelarasan jadwal tanam dilakukan di sentra-sentra utama seperti Brebes, Nganjuk, Bima, Solok dan Enrekang.
"Pengaturan pola tanam ini penting. Contohnya, saat bulan September - Oktober ini di Brebes berkurang luas tanamnya. Nganjuk justru mampu menanam hingga 3 ribu hektare lebih. Dengan begitu pasokan bawang merah termasuk untuk Jabodetabek pada bulan November/Desember nanti bisa diamankan," ujar Pelaksana Tugas Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Sukarman, Kamis (17/10).
Kalaupun ada sedikit kenaikan harga, kata Sukarman, itu wajar. Sebab,ongkos angkut dari Nganjuk ke Jakarta juga lebih mahal dari pada ongkos angkut dari Brebes atau Cirebon.
Pelaksana Tugas Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Sukarman.
Dia mengatakan fakta menyebutkan saat harga bawang merah di tingkat petani turun beberapa bulan terakhir, di Nganjuk relatif stabil. Salah satu faktornya adalah para petani bisa menjaga pola tanam dan jadwal tanam dengan baik.
"Jadwal tanam raya di Nganjuk dimulai awal September lalu. Waktu tersebut pas tidak bersamaan dengan tanam raya di Brebes dan Pantura - Jawa Tengah," ungkap Sukarman.
Menurut Sukarman, produksi bawang merah nasional hingga akhir tahun ini dipastikan mencukupi. Pihaknya terus berupaya agar pasokan dan harga bawang merah dua bulan ke depan tetap stabil.
"Dari informasi yang kami himpun, penanaman bawang merah pada September - Oktober di berbagai daerah masih cukup luas. Di Malang terdapat pertanaman 2.750 hektare lebih. Bima bulan ini panen raya 3.000 hektare lebih dan bisa mendukung stok bulan depan. Brebes masih ada cadangan pertanaman 1.500 hektare lebih. Solok stabil di kisaran 600 - 700 hektare per bulan," ucap Sukarman.
Sukarman meyakinkan wilayah lain seperti Agam, Majalengka, Bangli, Kulonprogo hingga Pamekasan juga tanam cukup banyak. Ini belum termasuk pengembangan baru yang mendapat alokasi bantuan pemerintah di luar Jawa. Beberapa daerah yang saat ini sudah tanam bahkan sudah panen terdapat di Kabupaten Kupang, Belu, Kota Palu.
Ketua Gapoktan Luruluhur Desa Sukorejo Kecamatan Rejoso Nganjuk, Akad membenarkan bahwa pada September - Oktober di Nganjuk justru terjadi puncak tanam. Berbeda dengan Brebes, saat kemarau, Nganjuk justru sudah masuk musim tanam raya.
"Luas tanam pada dua bulan ini sekitar 3.000 hektare se Nganjuk. Angka ini bisa lebih, kalau kurang nggak mungkin. Kami menjaga pola tanam dan jadwal tanam. Ndilalah pas waktunya tidak berbarengan panen raya dengan Brebes dan sekitarnya," ucap Ketua Asosiasi Bawang Merah Jawa Timur ini.
Meskipun musim kemarau tahun ini diperkirakan sedikit lebih panjang, para petani bawang merah di Nganjuk tidak terlalu terpengaruh. Bahkan luas tanam September hingga Oktober menyamai musim tanam raya bulan Juni lalu.
"Selain menepati jadwal tanam, kuncinya memang air. Kalau di Nganjuk ini, sudah sejak 10 tahun lalu petani mampu membuat sumur-sumur bor yang dilengkapi pompa air. Kedalaman sumur bor bisa sampai 100 meter. Alhamdulillah mencukupi untuk menyiram tanaman saat kemarau. Justru dengan terik panas yang optimal, bagus untuk pertumbuhan bawang merah. Yang penting air tersedia," kata Akad.
Akad memastikan pasokan bawang merah aman sampai akhir tahun. Kalaupun terjadi sedikit kenaikan harga harap dimaklumi. Mengingat beberapa bulan lalu petani banyak yang terpukul karena harganya sempat jatuh.