Warta Ekonomi.co.id, Surakarta
Facebook mengumumkan langkah baru untuk memerangi misinformasi, hoaks, dan penindasan pemilih menjelang pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS), November 2020.
Raksasa media sosial itu dikecam dalam beberapa pekan terakhir karena kebijakan tak memeriksa fakta iklan milik politisi. Hal itu memicu kemarahan para kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden dan Elizabeth Warren.
“Kami akan meningkatkan transparansi melalui keterbukaan informasi pemilik yang sudah dikonfirmasi dan memberi label pada konten yang mengandung informasi keliru," kata perusahaan, dikutip dari Reuters, Selasa (22/10/2019).
Baca Juga: Facebook Enggak Bakal Dominasi Mata Uang Kriptonya, Masa Sih?
Pekan lalu, CEO Facebook Mark Zuckerberg membela kebijakan iklan politik itu dengan dalih media sosial memperkenalkan ruang transformatif yang sifatnya terbuka bagi siapapun.
Zuckerberg menyampaikan, pemboikotan misinformasi juga berlaku bagi iklan yang ditayangkan oleh politisi.”
Perusahaan akan memberi label pada media di platform-nya. Dalam sebuah kiriman blog, Facebook berencana memperluas pelabelan tersebut ke kiriman tertentu di Facebook dan Instagram pada awal tahun depan.
Facebook, Twitter dan YouTube berada di bawah pengawasan belakangan ini, karena menampilkan iklan dari media yang dikendalikan negara China dengan isi kritik terhadap demonstran Hong Kong.