EKBIS.CO, JAKARTA -- Minimnya pemahaman terhadap dasar-dasar akuntasi membuat pelaku usaha UMKM masih menggunakan sistem invoicing manual yang merepotkan dan sulit dilacak. Padahal jumlah UMKM di Indonesia mencapai 59,2 juta berdasarkan data 2018 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM).
Berangkat dari permasalahan tersebut, hadir startup software as a service (Saas), Paper.id merupakan platform invoicing pertama di Indonesia yang terintegrasi dengan laporan manajemen arus kas dan laporan keuangan.
CEO Paper.id Jeremy Liman mengatakan platform ini memudahkan pelaku usaha menelusuri semua tagihan dan penjualan serta melihat laporan keuangan yang komprehensif.
“Sejak berdiri sejak 2016 kami sudah memiliki invoice yang keluar sebesar Rp 5 triliun hingga kuartal III 2019,” ujarnya saat konferensi pers di di Satrio Tower, Jakarta, Selasa (29/10).
Menurutnya saat ini sudah ada 100 ribu pelaku usaha yang menggunakan Paper.id dengan 800 ribu lebih invoice yang telah terbuat.“Target tahun lalu UMKM yang ikut ada 100ribu. Tahun depan diharapkan bisa naik 2 sampai 3 kali lipat,” ucapnya.
Melalui Paper.id, kata dia, pelaku usaha dapat membuat invoice elektronik pada perangkat favorit mereka, mulai dari web browser pada laptop dan aplikasi Paper.id di smartphone Android. "Walaupun penggunaannya sederhana dan berbasis freemium, Paper.id terintegrasi dengan fitur laporan keuangan seperti neraca keuangan, laporan laba rugi dan laporan lainnya yang memungkinkan pemilik usaha untuk melihat laporan keuangannya secara simpel, lengkap dan real-time,” paparnya.
Ke depan, perusahaan akan meluncurkan beberapa layanan guna mendorong produk para UMKM. Saat ini sebanyak 55 persen UMKM berasal dari Pulau Jawa.
“Biasanya mereka (UMKM) bergerak pada sektor distribusi, trading, penyedia jasa seperti tour and travel, freelance. Ya pokoknya usaha penagihan kepada customer itu target kami,” jelasnya.
Selain memiliki layanan gratis, Paper.id juga memiliki layanan dasar dan layanan premium dengan harga yang terjangkau bagi pemilik usaha.