EKBIS.CO, JAKARTA – Realisasi investasi yang banyak menyasar ke sektor jasa harus diwaspadai pemerintah. Tanpa penguatan sektor manufaktur lokal, bukan tak mungkin sektor jasa cenderung akan menyuplai produk impor.
Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartarti menjelaskan, tumbuhnya sektor jasa di satu sisi memang cukup berkontribusi terhadap neraca perdagangan. Hanya saja apabila hal tersebut tak dibarengi dengan penguatan sektor manufaktor, sektor jasa bisa terus menjadi penyuplai produk-produk impor.
“Pertumbuhan sektor jasa ini kita harus waspadai, karena bisa jadi kanibal terhadap manufaktur lokal,” kata Enny saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (3/11).
Terlebih, kata Enny, saat ini Indonesia masih membukukan defisit dalam neraca perdagangan. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 160 juta dolar AS pada September 2019. Tercatat, kinerja ekspor turun 8,53 persen atau hanya membukukan 14,1 miliar dolar AS, sementara impornya mencapai 14,26 miliar dolar AS.
Menurut dia pemerintah memang perlu pandai membaca pergerakan pertumbuhan dari sektor sekunder ke sektor terstier yang saat ini melanda. Menurutnya, desentralisasi industri dan sentralisasi perizinan harus menjadi sektor yang perlu dibenahi pemerintah.
"Supaya ini bisa narik minat investor untuk masuk ke (sektor) manufaktur kita,” ungkapnya.
Dia menyebut saat ini pemerintah juga perlu membidik pengembangan kawasan industri, terutama yang berada di bagian timur Indonesia. Hilirisasi dan kawasan industri dinilai dapat menjadi basis pertumbuhan ekonomi dan juga penyerapan tenaga kerja yang cukup signifikan baik di sektor pertanian, kelautan, hingga migas.