Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Pertarungan antara Facebook Group dengan perusahaan teknologi asal Israel, NSO Group, makin memanas. Usai diajak bertarung di meja hijau, petinggi NSO mengundurkan diri kala perusahaannya sedang menghadapi tuntutan hukum.
Petinggi NSO yang mengundurkan diri bernama Zamir Dahbash, juga merupakan Chief Executive Officer di Shalom Tel Aviv, firma public relation yang mengelola Facebook sebagai kliennya seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (5/11/2019). Dahbash sendiri ditunjuk sebagai juru bicara NSO, dilihat dari siaran pers NSO yang ditulisnya sejak Agustus 2016. Dahbash sendiri juga ditunjuk sebagai petinggi di NSO sebelum NSO digugat oleh Facebook Group.
Baca Juga: Facebook 'Pamer' Wajah Baru, Buat Apa Sih?
Usai tuntutan hukum dilayangkan, nama Dahbash menghilang dari jajaran eksekutif NSO. Meski masih merepresentasikan Facebook dan NSO sebagai kliennya, Shalom Tel Avi tidak mengambil peran dalam kasus hukum yang sedang dijalani keduanya.
Sementara itu, pegawai NSO menuduh Facebook menskors akun Facebook dan Instagramnya. Tuduhan itu ditulis oleh pegawai NSO bernama Guy Brenner dalam LinkedIn miliknya. Mantan pegawai NSO, Eugene Sherman, yang dulu menjabat sebagai Chief Information Officer di NSO juga mengaku akun Facebooknya dan Instagram dinonaktifkan oleh Facebook Group. Hal ini terjadi meski dirinya sudah tidak bekerja di NSO.
NSO sendiri dituntut oleh Facebook Group atas peretasan yang dilakukannya kepada WhatsApp. Sebanyak 1.400 ponsel milik orang-orang penting diduga diretas dengan program buatan NSO Group yang ditanamkan di WhatsApp.
Salah satu program NSO Group yang paling terkenal adalah Pegasus. Program ini mampu mengambil kendali penuh atas ponsel seseorang, bahkan mampu mengaktifkan kamera dan mikrofon secara diam-diam.
Beberapa kali NSO dikecam oleh aktivis kemanusiaan atas program buatannya yang dinilai dapat dijadikan alat untuk pemerintahan yang represif. Namun, NSO berdalih, siapa pun yang menjadi target dari program milik mereka bukanlah tanggung jawab mereka.