Warta Ekonomi.co.id, -- Facebook menemukan sekitar 100 pengembang aplikasi yang mengakses data pengguna berbulan-bulan secara ilegal. Tak hanya itu, perusahaan juga mengonfirmasi, terdapat 11 mitra yang telah mengakses informasi seperti nama, gambar profil, dan aktivitas grup penguna dalam 60 hari terakhir.
Untuk menangani masalah tersebut, Facebook meminta pengembang menghapus data yang telah mereka simpan. "Kami sudah menghapus dan membatasi beberapa API pengembang kami, laiknya API grup yang menghubungkan aplikasi yang bisa diintegrasikan dengan grup," kata perusahaan, dikutip Kamis (7/11/2019).
Baca Juga: Masih Takut dengan Libra, Facebook Tegaskan Itu Hanya Cara Berkirim Uang Lebih Mudah
Berdasarkan keterangan Facebook, aplikasi yang bisa diintegrasi itu didesain untuk memudahkan pengelola grup untuk mengatur ruang obrolan bersama dengan lebih efisien.
Facebook menyampaikan, "misal, jika bisnis mempunyai komunitas besar yang memiliki anggota di berbagai grup, mereka bisa memakai manajemen media sosial untuk menawarkan layanan pelanggan dalam skala besar."
Namun, karena kasus pengaksesan data tanpa izin itu, perusahaan memutuskan untuk menghapus aplikasi tersebut.
Raksasa media sosial itu juga mengklaim akan mengaudit kasus tersebut. Sementara dari segi keamanan, pihaknya mengaku sudah meningkatkannya setelah kebocoran data Cambridge Analytica. Sayangnya, masalah yang sama masih terulang kembali.