EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian, Badan POM, Kementrian Kesehatan dengan dukungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, beserta musisi, komunitas anak muda, serta pedagang kaki lima mendeklarasikan komitmen untuk Indonesia yang lebih sehat dalam Festival 'Jajanan Kaki Lima' (healthy street food festival) di Gelora Bung Karno, Jakarta. Deklarasi ini merupakan penutup perayaan Hari Pangan Sedunia 2019 di Indonesia.
Tahun ini, Hari Pangan Sedunia mengangkat tema 'Tindakan kita masa depan kita. Pola Pangan sehat, untuk dunia tanpa kelaparan (#zerohunger)'. Pangan memerlukan proses yang panjang untuk sampai di meja makan.
Proses tersebut melibatkan pengolahan lahan sampai dengan pemanenan di lahan, perlakuan pasca panen dan penyimpanan, distribusi baik ke industri pengolahan maupun langsung ke pasar/retail, dan perlakuan oleh konsumen sebelum dikonsumsi.
“Kita harus memastikan bahwa pangan yang tersedia tidak hanya cukup jumlahnya, tetapi juga aman dan mengandung cukup zat gizi yang dapat digunakan tubuh untuk menjalankan fungsinya sehari-hari,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi.
UU No 18 tahun 2012 tentang Pangan menjamin penyediaan pangan yang cukup, aman dan bergizi seimbang untuk hidup sehat dan aktif bagi setiap individu. Agung mengungkapkan untuk menjalankan amanat UU Pangan tersebut, Kementerian Pertanian tidak hanya meningkatkan produksi pangan, tetapi juga melakukan kontrol dan pengawasan terhadap pangan segar asal tumbuhan dan hewan. Hal ini untuk memastikan kualitas dan keamanan pangan, serta melakukan upaya pengurangan food loss and waste melalui bantuan teknologi untuk meningkatkan ketersediaan pangan.
Kementerian Pertanian, Badan POM, Kementrian Kesehatan dengan dukungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, beserta musisi, komunitas anak muda, serta pedagang kaki lima mendeklarasikan komitmen untuk Indonesia yang lebih sehat dalam Festival 'Jajanan Kaki Lima' (healthy street food festival) di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Perubahan Pola Pangan Mempengaruhi Kesehatan
Dalam beberapa dekade terakhir, mayoritas penduduk dunia secara dramatis mengubah pola pangan dan kebiasaan makannya sebagai dampak dari globalisasi, urbanisasi, dan meningkatnya pendapatan. Masyarakat telah beralih dari makanan yang bergantung pada musim, sebagian besar bersumber dari tumbuhan (nabati) dan kaya serat, ke makanan yang tinggi karbohidrat, gula, lemak, dan garam.
Hal ini salah satunya disebabkan karena kurangnya waktu untuk menyiapkan makanan di rumah. Masyarakat, terutama di daerah perkotaan, semakin bergantung pada supermarket, restoran cepat saji, pedagang kaki lima dan hidangan restoran yang bisa dibawa pulang.
Anak-anak dan remaja, terutama di daerah perkotaan, memiliki akses yang sangat mudah pada makanan dan minuman siap saji yang dijual di jalanan, dengan harga murah dan ada di mana-mana. Namun, anak muda tersebut sebagian besar tidak menyadari tentang kualitas makanan yang ditawarkan di jalan.
Di Indonesia, konsumsi makanan dan minuman siap santap meningkat setiap tahun, dan saat ini, menyumbang 28 persen dari semua kalori yang dikonsumsi oleh penduduk perkotaan. Sementara itu, Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa makanan yang dijual di jalan menjadi sumber keracunan makanan tertinggi kedua di Indonesia.
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) merupakan salah satu prioritas pengawasan Pemerintah mengingat perannya yang strategis dalam mencukupi kebutuhan gizi anak sekolah. PJAS menyumbang 31.06 persen energi dan 27.44 persen protein dari konsumsi pangan harian. Berdasarkan Survei yang pernah dilakukan Badan POM tahun 2013, diketahui bahwa hampir 99 persen anak sekolah jajan di sekolah baik di kantin maupun pedagang di luar sekolah.
Kementerian Pertanian, Badan POM, Kementrian Kesehatan dengan dukungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, beserta musisi, komunitas anak muda, serta pedagang kaki lima mendeklarasikan komitmen untuk Indonesia yang lebih sehat dalam Festival 'Jajanan Kaki Lima' (healthy street food festival) di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Pola pangan sehat di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi ikan tertinggi di dunia serta beraneka ragam produk kedelai berprotein tinggi seperti tahu dan tempe. Konsumsi daging dan susu tergolong rendah menurut standar global, namun hal ini bervariasi di antara etnis/ budaya tertentu.
Namun, konsumsi kedua pangan tersebut tumbuh seiring dengan meningkatnya pendapatan. Tingkat konsumsi buah dan sayuran kurang dari setengah dari asupan harian yang direkomendasikan secara nasional dan menurun secara signifikan.
“Pola pangan sehat kurang tersedia dan terjangkau untuk semua orang. Pada saat yang bersamaan, banyak yang tidak menyadari apa yang merupakan pola pangan sehat. Informasi mengenai apa yang harus dimakan dan diminum agar tetap sehat, serta kesadaran akan food waste dan food loss harus dapat diakses oleh semua orang” ungkap WFP Representative Christa Räder.