EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memprediksi penerbitan surat utang diproyeksi meningkat jadi Rp 158,5 triliun pada tahun depan. Sementara, realisasi penerbitan surat utang tahun ini juga diprediksi akan tercapai sebesar Rp 135,2 triliun.
"Hingga saat ini sudah tercapai sebesar Rp 125,4 triliun, kita optimis mungkin proyeksi kita akan sampai," kata Wakil Presiden Senior dan Kepala Divisi Pemeringkatan Institusi Finansial Pefindo Hendro Utomo, Senin (19/11).
Per Oktober 2019, penerbitan surat utang nasional sudah mencapai Rp 116,2 triliun. Mencakup instrumen obligasi, MTN, sukuk, sekuritisasi, dinfra. Yang diperingkat Pefinto ada sebesar Rp 96,7 triliun.
Peningkatan proyeksi penerbitan surat utang menjadi Rp 158,5 triliun dipengaruhi beberapa faktor. Utamanya karena tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia diproyeksi akan menurun lagi.
Ini mendorong biaya dana juga menurun seiring dengan dengan penurunan yield surat utang korporasi. Yield surat utang sudah menurun lebih lebih banyak dari pada suku bunga acuan.
Suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) turun sebesar 100 bps sejak awal tahun. Sementara surat utang dengan tenor 10 tahun sudah turun hingga 120-130 bps.
"Meski masih ada tensi perang dagang, kita proyeksi 7DRRR masih akan turun 50 bps lagi tahun depan," katanya.
Selain itu, pendorong penerbitan surat utang tahun depan juga karena ada surat utang jatuh tempo senilai Rp 126,4 triliun. Ini akan mendorong refinancing dan pertumbuhan surat utang baru.
Selanjutnya, semakin banyaknya pilihan surat utang yang bisa dipilih korporasi. Selain dari surat utang seperti obligasi, sukuk, MTN, ada juga surat utang spesifik seperti green bond dan lain-lain.